Tidak Perlu Dipaksa Menulis
Diterbitkan pada dalam Blog.
Heboh terdengar banyak adik-adik mahasiswa yang ingin menulis. Tidak heran jika lebih banyak mereka ingin mengambil minat jurnalistik. Mungkin mereka berharap agar dapat berbagi hal dengan menulis, saya berupaya beprasangka baik seperti ini.
Tidak dimungkiri bahwa tidak setiap mahasiswa memiliki hasrat menulis yang sama. Niat mereka pun bermacam-macam. Ada yang ingin menulis karena ingin dikenal, ada yang ingin menulis karena ingin menunjukkan bahwa ia bisa menulis, ada yang ingin menulis karena tugas perkuliahan (biar memperoleh nilai dari dosen, he he he). Namun, sayang sekali masih sedikit yang memiliki niat awal menulis lantaran hanya ingin menulis, tiada tendensi apa pun.
Kita perlu meluruskan niat tersebut agar kegiatan menulis bukan malah menjadi beban di awal. Menulis adalah kegiatan refreshing, hendaknya didasari atas rasa senang sehingga kita pun bisa menikmkati proses kreatifnya.
Tidak sedikit adik-adik yang berkonsultasi bagaimana menulis di media massa dan kepada siapa dapat mendalami kepenulisan. Kalau bertemu saya, saya hanya bisa berkata kepada mereka: jika belum ingin menulis, tidak perlu menulis dulu.
Banyak pihak yang tidak setuju dengan ujaran saya tersebut karena bagi mereka menulis itu harus dipaksa. Memang baik jika kita membiasakan menulis, atau dalam hal kecil yakni mencatat, tetapi bukan berarti kita menulis dalam keadaan terpaksa. Jika belum siap menulis, mengapa harus menulis?
Tidak perlu merasa terbebani bahwa mahasiswa Bahasa Indonesia harus bisa menulis. Memang keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan mesti dikuasai dan kita wajib berbekal dengan keterampilan ini. Namun, sekali lagi, tidak perlu dipaksa jika belum siap.
Kesiapan yang saya maksud bervariatif, bergantung pada niat masing-masing individu. Dari niat mengapa kita mengambil jurusan bahasa dan sastra ini, hingga mengapa kita masih hidup hingga sekarang. Kita perlu memperbaiki niat kita, dari hal-hal yang sepele sekalipun.