Latif Anshori Kurniawan

Sebab Jenama adalah Kunci

Diterbitkan pada dalam Blog.

Pemasaran digital adalah keniscayaan. Mau tidak mau, suka tidak suka, setiap individu atau organisasi perlu memperhatikan ranah pemasaran berbasis elektronik. Elektronik di sini pun tidak sekadar dari sms ke surel atau jejaring sosial, tetapi dapat pula merambah ranah-ranah yang masih awal dikembangkan seperti virtual reality.

Iklan sudah berjejalan di dunia maya. Siapa pun, ujung-ujungnya, akan berupaya beriklan bila marketshare-nya tidak jauh di dunia digital. Salah satu faedah beriklan adalah mengenalkan produk kita ke publik dan dikenal baik.

Membuat produk yang dipasarkan menjadi dikenal adalah tidak mudah. Dan, hal ini memang sudah menjadi tugas atau tanggung jawab pihak pemasaran untuk mengenalkan jenama (brand) produk. Secara tidak langsung, jenama juga turut memperkuat nama besar dan kekhasan perusahaan.

Memasarkan produk di dunia maya, sejatinya, tidak jauh ketika sang marketeers ‘manggung’ di lapangan secara luring (offline). Menawarkan door-to-door, menawari di pelbagai sarana publik. Sangat tidak jauh berbeda. Perbedaannya barangkali hanya satu: berkait dengan medium. Asalinya tidak jauh berlainan, Anda tetap memamerkan kekhasan produk, mengenalkan keberfaedahannya, dan yang tidak kalah penting: mengintroduksi dan merawat ‘nama’-nya.

Nama jenama yang tersebar secara online mesti konsisten dengan nama produk yang terdistribusi via offline. Pengenalan nama, sebagai pengejawantahan dari brand, adalah hal krusial. Bukan hal asing lagi bila tim branding akan memerlukan waktu berbulan-bulan hanya dari meminta putusan perusahaan untuk nama dari produk yang akan dipasarkan, bahkan bertahun-tahun.

Lantaran menggunakan medium daring, nama brand tersebut mesti sederhana, atau paling tidak mudah diingat. Mudah terngiang di dalam benak orang-orang. Tidak selalu nama yang ringkas adalah mudah terkenang dalam kurun waktu yang cukup lama, tetapi tidak dapat dimungkiri beberapa brand produk yang terkenal hingga saat ini terwakili oleh nama-namanya yang ringkas.

Tidak lupa pula adalah nama yang mudah dilafalkan. Ternyata ringkas belum tentu mudah diucapkan dengan lidah secara bersahaja. Sebagai contoh: premorindiang; apaan ini? Jangan rumit-rumit atau njlimet, yang biasanya (kecenderungannya) bikin mumet. Sesimpel kata yang tidak sulit diujarkan dalam sekali embusan, misalnya: Google.

Iya, memang perlu waktu yang tidak sebentar untuk menguatkan ‘nama’. Perlu diskusi yang tidak sebentar. Namun, jangan terlalu lama lantaran momentum begitu cepat berganti. Intinya, hati-hati dalam menentukan nama brand lantaran ini berkait dengan bagaimana perusahaan Anda mengenalkan produk tersebut dan membenamkannya pada memori masyarakat selaku target pemasaran. Santai, kelak dapat diganti, tetapi ya jangan gonta-ganti (terlalu sering).

Berikut beberapa kiat (tips) bagaimana mencuatkan nama jenama Anda ke publik. Kiat-kiat berikut cukup sederhana dan sudah diterapkan oleh para pelaku pasar, terutama dalam ranah teknologi. Yuk, kita bahas!

Konsistensi Username di Media Sosial

Setali tiga uang dengan nama brand, Anda perlu cermat untuk menentukan username (nama pengguna) di akun-akun media sosial yang melekat di tengah masyarakat. Username yang konsisten adalah top, terlebih ia tidak jauh dari nama brand Anda. Sebagai contoh, nama produk atau layanan Anda adalah bernama Panji maka upayakanlah membuatkan username @panji pada semuan akun media sosialnya.

Kalaupun terpaksa ada putusan berbeda, barangkali lantaran username tersebut sudah ‘diamankan’ oleh pihak lain dan perusahaan Anda enggan mengupayakan untuk ‘mengurus’ kepemilikannya, tetaplah berupaya untuk memegang konsistensi. Sebagai misal, Anda masih berkesempatan menggunakan username @panjicom lantaran @panji di Twitter/Instagram sudah ada yang memiliki. Oleh karena itu, untuk akun di media sosial lainnya, upayakanlah dapat mengamankan username @panjicom; semua dibuat @panjicom. Hal ini lantaran barangkali ada keterwakilan nama produk dan sekaligus alamat webnya di Panji.com.

Konsistensi adalah mutlak adanya, apalagi bila nama produk Anda baru saja dikenal oleh masyarakat, boro-boro nama perusahaan Anda. Oleh karena itu, bisa tidak bisa, ‘wajib’ mengamankan nama dan username di samudra maya. Di samping username, jangan lupakan aspek komprehensif lainnya, seperti citra/gambar/foto profil, alamat web, alamat surel, sapuan warna pokok (baik pada web maupun media sosial), nada caption yang khas dan korelatif dengan brand, dan lain-lain. Kesemua itu mesti ‘konsisten’. Salah satu di antaranya yang sangat penting adalah foto profil.

Konsistensi Foto Profil

Citra profil, atau tidak jarang diistilahkan sebagai avatar, elok tidak sering berganti. Terkecuali untuk keperluan penanda momentum, misalnya ada perubahan/penambahan visi atau beberapa layanan. Tidak masalah. Hanya saja, jangan terlalu sering. Foto profil brand Anda adalah (sekaligus sebagai) identitas perusahaan. Ketika Anda berganti foto profil terlalu sering, orang akan agak sedikit kebingungan untuk mengingat kekhasan brand Anda. Contohlah Apple, Google, Facebook, dan Microsoft, seberapa sering mereka mengganti foto profil yang diambil dari logo perusahaan?

Ada kalanya nanti untuk diubah, tetapi tidak dalam waktu yang berdekatan. Hal ini bergantung pada bagaimana data statistik perkembangan brand Anda. Sekali lagi, soal waktu, membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memasifkan brand Anda dari citra profil.

Riset UI dan UX

Produk, misalnya web atau aplikasi, tentu memiliki antarmuka (user interface, UI) dan menyajikan pengalaman bagi pengguna (user experience, UX). Dalam arti, Anda perlu memperhatikan penampilan UI & UX produk Anda. Mesti keduanya beriringan. UI yang tampak cantik adalah didukung pula dengan UX yang optimal. Sebagai contoh, ketika orang mengeklik fitur-fitur pada aplikasi Anda, berikan sedikit efek dramatis seolah-olah pengguna menekan tombol fisik sungguhan.

Pengguna akan memperoleh pengalaman yang berbeda bila aplikasi Anda hanya flat-flat saja. Lebih dari sekadar UI, UX lebih ditekankan sebab ketika mengeksekusi UX, secara tidak langsung juga mengkreasi serius UI-nya. Buatlah UI & UX ini tampak sederhana, misalnya bermotifkan material design. Tetap solid/kokoh, tetapi tetap indah. Begitu pula dalam akses informasi layanan bagaimana calon pelanggan dapat menghubungi tim pemasaran Anda, buatlah alur yang mudah. Informasikan secara ringkas, padat, dan jelas! Hal ini berkait pula dengan bagaimana Anda meramu iklannya.

Berani Beriklan

Momentum sekecil apa pun jangan sampai terlewatkan sebab internet begitu cepat berubah dan dikuasai. Perlu waktu bagi warga internet untuk mengenal brand produk Anda. Di samping itu, beriklanlah dengan tetap menjaga values atau code-of-conduct perusahaan Anda. Jangan malu bakar uang guna beriklan.

Beriklan adalah hal normatif. Brand Anda perlu diiklankan agar masyarakat ramai mengetahuinya. Keseringan beriklan adalah kurang baik. Bukan keseringan, melainkan secara berkala. Secara bertahap, Anda beriklan, dengan inovasi konsep yang tidak monoton. Dapat dicontoh iklan-iklan rokok. Menarik, bukan? Padahal, tidak menampilkan orang merokok sedikit pun. Sangat samar, tetapi tetap menjual tinggi.

Jaga Marwah

Jangan pernah mengirim spam, jangan mudah mengikuti arus komentar yang tidak berkait dengan produk dan perusahaan, bijak-bijaklah dalam melayani pelanggan. Tekakanlah hal ini kepada admin Anda. Tentu membutuhkan kesabaran ekstra-maksimal lantaran menghadapi manusia melalui medium layanan internet adalah tidak jauh berbeda sense-nya bila bertatap muka secara langsung; menghadapi pelbagai macam karakter dan kepribadian manusia. Berbijak diri dalam melayani, berhati-hatilah dalam bersikap.

Ajarilah tim marketing Anda untuk berbahasa Indonesia ataupun Inggris dengan baik. Jangan sampai mereka melayani atau menanggapi keluhan pelanggan seperti robot. Tekakanlah pada variasi ujaran mohon maaf dan terima kasih (untuk sering dituturkan). Dilatihlah secara berkala, baik untuk keterampilan berbahasa tulis maupun lebih-lebih lisan. Bahasa tulis, misalnya, ketika mereka menarasikan produk dan memainkan tanda pagar (tagar, hashtag). Logika dan kesantunan berbahasa tim perlu dikroscek terus-menerus. Lagi-lagi membutuhkan proses memang, tetapi hasilnya indah—insyaallah.

Nama baik brand dan perusahaan mesti dijaga dengan baik, sekalipun tidak mudah. Hal ini lantaran membangun nama baik tidak hanya dalam satu-dua tahun, tetapi semuanya dapat runtuh dalam sekejap hanya karena mengabaikan nilai-nilai baik. Mendadak menjadi buruk lantaran penyebaran aib dari media sosial seseorang yang merasa teraniaya (padahal belum tentu yang merasa terzalimi adalah benar adanya). Tetaplah mengedepankan etika dan kesantunan berbahasa/berkomunikasi.

Selamat memperkenalkan brand Anda kepada khalayak! Selamat berkonsistensi dalam banyak hal, terutama pada aspek komunikasi efektif brand Anda! Sukses selalu, semua!