Latif Anshori Kurniawan

Membaca Lisensi ‘Gratis’

Diterbitkan pada dalam Blog.

Terdapat beberapa provider di dunia maya yang menyediakan layanan platform untuk berbagi citra/gambar/foto yang bebas didistribusikan alias gratis. Sedikit yang saya ketahui, sejatinya amat bejibun, di antaranya hanya dua yang saya sebut di sini, yaitu: Pixabay dan Pexels.

Kedua platform tersebut benar-benar menyuguhkan citra-citra gratis. Siapa pun bebas mengunduh dan menggunakannya, sekalipun digunakan untuk kepentingan komersial. Namun, sekalipun bebas dicomot, alangkah elok bila kita tetap memperhatikan kode etiknya. Ahem, kode etik yang saya maksud bukan berarti ada ketentuan atau aturan khusus perihal penggunaan citra dari kedua layanan tersebut, melainkan perhatian pada penjelasan lisensi.

Pixabay memiliki penjelasan lisensi (dalam rupa tanya-jawab sendiri). Begitu pula dengan Pexels, keterangan lisensinya dapat ditengok pada laman Legal Simplicity-nya. Keduanya memanfaatkan lisensi berbagi-serupa Creative Commons (dengan nomor yang sama).

Di samping itu, ketika ingin mengunduh salah satu citra di masing-masing layanan tersebut, juga berbeda. Di Pixabay, ditawarkan beberapa resolusi (dalam ukuran piksel) citra. Khusus untuk citra berpiksel maksimal (paling besar), Anda disyaratkan untuk mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota. Apabila tidak ingin menjadi anggota, Anda cukup mengunduh pilihan asali (default) dari sistem Pixabay sesaat setelah citra yang diinginkan diklik untuk diunduh. Setelah itu, pada tab asalinya, akan muncul tawaran mentraktir secangkir kopi (baca: donasi, melalui PayPal).

Lain halnya pada Pexels, tiada pilihan resolusi citra unduhan. Saat mengklik gambar yang diinginkan–ketika akan mengunduh–dengan mengklik Free Download, citra terklik tersebut akan tertampil pada tab berikutnya pada peramban. Selanjutnya, akan muncul tawaran dari GraphicStock–yang tampaknya bekerja sama dengan Pexels. Well, tidak ada yang benar-benar gratis-tis-tis, bukan?

Mengapa perlu membaca lisensi?
Terlepas dari Pixabay dan Pexels, perlu diingat bahwa tidak semua hal di internet bersifat ‘gratis’. Tidak semua hal yang tersedia di samudra maya benar-benar gratis. Apalagi bila paradigma gratis yang selalu dikaitkan dengan uang dan/atau distribusi (penyebarluasan).

Seperti halnya distribusi sistem operasi ber-kernel Linux, yang memang jamak gratis. Gratis dalam arti bahwa sistem ber-Linux tersebut bebas untuk digunakan oleh siapa pun dan bebas untuk disebarluaskan ke penjuru dunia. Hal ini disebabkan sistem Linux tersebut digratiskan di bawah bendera lisensi tertentu, terutama General Public License (GPL) yang diterbitkan oleh Free Software Foundation (FSF).

Antara GPL versi awal dan sesudahnya pun berbeda pernyataan. Perlu dicermati mengapa ada perangkat lunak (software) yang menggunakan GPL nomor sekian dan lainnya dengan nomor versi berlainan.

Beda lisensi yang dikeluarkan FSF, beda pula lisensi yang dicetuskan oleh banyak pihak lainnya, misalnya MIT (dengan MIT License-nya), ada Apache License, Creative Commons License (yang digunakan oleh Wikipedia dan semacamnya), serta banyak lisensi lainnya.

Tiap organisasi atau perusahaan berhak mengeluarkan lisensinya. Terdapat prosedur dan regulasi yang harus dipenuhi dalam pengadaan lisensi. Saat lisensi sudah resmi dirilis, ia pun bisa digunakan sesuai keperluan.

Tidak semua lisensi yang mendukung hal-hal berbau gratis adalah benar-benar gratis. Kita perlu mencermati beberapa hal dari pernyataan atas lisensi yang digunakan. Kita tidak dapat sembarangan menggunakan produk yang di dalam lisensinya disebut kosakata gratis.

Ada kalanya, suatu produk dilisensikan gratis dengan syarat digunakan secara pribadi/personal, untuk kepentingan edukasi, dan dilarang untuk dikomersialkan. Ada produk yang gratis digunakan, tetapi wajib menyertakan nama pembuat/penulis/pengarang/pengkreasi produk tersebut. Ada pula lisensi yang menekankan bahwa produk yang dilisensi memang gratis, tetapi berbatas waktu sehingga kegratisannya akan hangus saat tiba tenggat waktunya. Aneka rupa lisensi yang ada di dunia ini, terlebih lisensi maya, yang tidak kalah elok untuk kita saksamai setiap bulir pernyataan yang disematkan.

Sayang sekali, kesadaran untuk membaca lisensi ini amat jarang ditemui. Acap masih abai. Teringat masih jamak orang menginstal aplikasi, tetapi abai untuk membaca lisensi yang menyertai aplikasi tersebut: saat proses pemasangan perangkat, saat tiba pada bagian pernyataan lisensi, pointer tetikus langsung digulir (scroll) ke bawah dan klik Accept. Klir.

Barangkali, pernyataan lisensi yang acap didapati terlalu panjang dan memakan waktu, gunakanlah kiat scanning dan skimming ketika membacanya. Paling tidak, kita tahu kesejatian kedudukan produk/perangkat/hal yang kita gunakan dari lisensi yang menyertainya.

Bacalah dan cermatilah setiap lisensi yang disertakan dalam setiap produk yang digunakan! Jangan sampai, ketika terjadi sesuatu hal di kemudian waktu atas produk tersebut, lalu komplain, dan komplain yang disampaikan pun seolah sia-sia, padahal terdapat beberapa hal penting yang telah diwanti-wantikan yang tercantum pada lisensi. Mari peduli atas lisensi!