Latif Anshori Kurniawan

Menyimak Tenang

Diterbitkan pada dalam Blog.

Fitrah manusia adalah terburu-buru dan tak sabaran (tidak mudah bersabar). Karena fitrah ini, nyaris pada banyak aktivitasnya dilakukan dengan terburu. Terburu-buru bertindak, terburu-buru mengambil putusan/simpulan, terburu-buru berbicara, tidak terkecuali terburu-buru menyimak.

Saking terburu-buru menyimak/mendengar, kadang tidak dapat menangkap esensi hal yang disimak. Tidak paham inti dan konteksi yang sedang disampaikan. Pelbagai dalih menyebabkan keterburuan ini, bisa sebab si penyimak sebenarnya ingin bersegera melakukan hal lain, tetapi sungkan untuk menyela, bisa pula sebab ia memang bukan tipikal penyimak yang baik.

Seorang penyimak yang baik melakukan simakan dengan saksama dan penuh ketenangan. Bahkan, apabila diperlukan, ia tidak sekadar memasang telinga lamat-lamat, tetapi juga mengarahkan posisi duduk atau berdiri menghadap mitra wicaranya. Apabila partner mengobrol tersebut adalah sesama pria dan/atau mahram, elok pandang wajah dan tatap matanya. Dengan kata lain, bersungguh-sungguhlah menyimak.

Ketika proses penyimakan, elok tidak segera ditanggapi atau dipotong. Pastikan si penutur telah menyelesaikan hal yang diutarakannya. Sekiranya mencukupi, baru direspons.

Respons yang diberikan elok tetap berkonteks dengan tema tuturan si penutur. Barangkali memang diperlukan beberapa ‘bumbu’ di luar konteks sebagai penghias, tetapi tidak begitu melenceng dari tema awal hingga memang perlu mengubah jalan ceritanya.

Elok tidak menanggapi dengan ujaran-ujaran singkat, “Ya,” “Oh,” “Oke,” “Yap,” “Yup,” “Yep,” dan seterusnya, bila obrolan hanya dilakukan oleh dua orang. Tidak pula seolah kita menjawab, tetapi sambil memalingkan wajah dan badan yang menampakkan ketidaktertarikan kita atas pembicaraanya. Coba bila Anda mendapati respons seperti ini, amat menjengkelkan, bukan? Kita sudah banyak-banyak berbicara, sedangkan tanggapannya demikian.

Apabila tidak ingin menyimak/mendengar hal-hal yang diutarakan seseorang, entah bagaimanapun dalihnya, tolak dengan lembut, perlahan, dan hati-hati. Tidak setiap pembicaraan perlu didengar, kita pun mesti cermat memilah dan memilih. Namun, tetap kita upayakan agar tidak melukai lawan tutur kita tersebut.

Selamat menyimak dengan tenang!