Latif Anshori Kurniawan

Bermula dari Canda

Diterbitkan pada dalam Blog.

Fitrah manusia dapat merasakan kegembiraan, kebahagiaan, dengan pelbagai luapannya yang beraneka rupa. Ada yang meluapkan dengan seringai simpul senyum kecil tanpa menampakkan gigi, ada pula yang lepas kendali terbahak hingga tidak sadar ia telah memamerkan gerahamnya.

Para Salaf telah mengingatkan agar kita bersabar dengan ujian kenikmatan yang Dianugerahkan-Nya, agar kita dapat mengendalikan diri kita saat bergembira, agar kita tidak meluapkan kegembiraan ke dalam canda yang berlebihan. Mereka pun mengingatkan agar kita tidak banyak bercanda dan tertawa lantaran dikhawatirkan dapat mematikan sanubari kita, hati kita pun mati sehingga mudarat yang ditimbulkan pun lebih berbahaya daripada yang kita duga.

Teringat kalam nasihat Ibnu Rajab—rahimahullah. Beliau berkata, “Berapa banyak perpecahan di antara dua orang yang bersaudara dan saling memboikot di antara dua orang yang saling mencintai itu berawal dari candaan (senda gurau),” yang dinukil dari Raudathul Uqalai (1/78).

Mari kelola canda-tawa dengan bijak (tidak melampaui batas). Semoga kita dapat menempatkan segala sesuatunya sesuai porsinya, dengan tepat dan bernilai kebaikan/kemaslahatan/kebermanfaatan, baik bagi diri sendiri maupun lebih-lebih bagi sesama/umat.