Latif Anshori Kurniawan

Bijak Berinternet

Diterbitkan pada dalam Blog.

Jauh hari saat awal-awal layanan internet telah marak (booming) di Indonesia pada sekitar sebelum 2009/2010, banyak pihak, terutama pemerintah, telah menggalakkan apa yang disebut dengan internet sehati. Kala itu, blog masih ramai digunakan, layanan media sosial Facebook mulai merangkak naik menggeser kedigdayaan Friendster. Plur mulai surut dengan makin bertambahnya jumlah pengguna terdaftar Twitter di Indonesia.

Google pun mulai sedikit demi sedikit mendominasi pasar mesin pencari internet yang sebelumnya sempat tidak lama dirajai oleh Yahoo! (beserta portalnya). Semua hal berbau internet masih tampak tumbuh kala itu, dan kampanye internet sehat sudah digalakkan guna merespons perkembangan yang ada.

Internet mengandung segudang hal positif dan negatif. Kita dapat dengan mudah mengakses keduanya. Terlepas dari berapa banyak persentase yang dominan, pengguna perlu lebih bijak dalam memanfaatkan internet, baik sekadar berselancar atau meramban maupun membuat konten melalui layanan yang ada.

Internet sehat merupakan gerakan dengan maksud agar para pengguna internet di Indonesia dapat memanfaatkan internet dalam batas-batas atau ranah-ranah aman dan baik bagi semua pihak dan banyak hal. Sejatinya, keberadaan internet seperti keberadaan sebuah pisau: ia dapat digunakan untuk mengiris bawang atau mengupas mangga kesukaan, tetapi ia juga dapat melukai kulit tangan kita.

Think before Posting
Wise while online, think before posting: inilah salah satu slogan yang didengung-dengungkan saat pengenalan program internet sehat. Tentu saja, sebagai pengguna internet yang baik, kita perlu berbijak diri ketika menggunakannya, sekalipun untuk menayangkan segala konten yang kita tuliskan, unggah, atau terbitkan pada layanan daring yang ada. Elok senantiasa berhati-hati dalam melakukan aktivitas apapun saat terhubung dengan jaringan internet.

Selain dianjurkan untuk tidak sembarang mengunggah konten, elok perlu ditekankan pula agar warganet cermat dan bijak dalam memilih kata-kata saat memberikan umpan balik, respons, atau komentar atas suatu konten. Sekalipun Anda tidak menyukai sebuah konten, elok menahan diri daripada meluapkan ketidaksukaan dan memberikan testimoni dengan nada kebencian (hate speech).

Dampingi Anak
Tidak dapat dimungkiri bahwa yang acap menjadi korban hal-hal negatif dari internet adalah sebagian anak-anak, terutama remaja, kekinian telah dibekali ponsel pintar, gawai, atau sabak digital oleh para orang tua mereka. Anak-anak dapat dengan mudah mengakses pelbagai hal. Untuk itu, diperlukan peran serta orang tua dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Orang tua perlu bekerja sama, berkolaborasi, dan bekoordinasi dengan siapa pun, tidak terkecuali guru. Tidak hanya orang tua dan guru, pihak-pihak lain pun dapat turut andil dalam implementasi penggunaan internet sehat di lingkungan keluarga dan masyarakat. Namun, paling tidak, para orang tualah yang paling pokok dan bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka.

Dari keluargalah, banyak nilai-nilai kehidupan diberikan; dari ayah-bundalah, banyak hal ditanamkan sebagai bekal anak mengarungi biduk kehidupannya, baik sebagai individu dengan pelbagai haknya maupun kala ia keluar dari rumah dan menyatu di tengah-tengah masyarakat. Apalagi, saat mereka menjadi dewasa dan siap menjadi pribadi yang mandiri, kemantangan diri amat bergantung pada Kuasa-Nya dan diikhtiari sedini mungkin dari rumah.

Sebagai orang tua, kitalah yang bertanggung jawab atas kehidupan anak-anak kita. Mari berjuang bersama agar anak-anak dapat memaslahatkan media internet dengan optimal tanpa mengabaikan kemampuan mereka dalam filterisasi serbaneka konten yang bertebaran di dunia maya.