Sistem macOS/iOS Bukan untuk Bergaya!
Diterbitkan pada dalam Blog.
Merasa cukup miris sebab sebagian orang masih menganggap ‘barang mewah’ untuk serbaneka produk Apple, terutama Mac (baik MacBook Pro maupun iMac, dengan sistem macOS-nya) dan iPhone (dengan sistem operasi iOS-nya). Memang tidak dapat dimungkiri bahwa Mac dan iPhone merupakan beberapa dari sekian produk keren Apple yang amat digandrungi warga dunia. Sayangnya, harga yang dibanderol terbilang tidak ‘murah’. Hal ini menjadi salah satu sebab sebagian kalangan mesti ‘terpaksa membeli’ lantaran—barangkali—gengsi dan prestige, hi-hi-hi.
Kalau kita mencermati dan menengok kembali riwayat perusahaan Apple beserta beberapa teknologi terdahulu, Apple memang layak memperoleh porsi ‘pujian’. Jamak mengetahui bahwa di bawah kepemimpinan Stephen Paul Jobs (Steve Jobs), Apple lahir, tumbuh, dan berkembang. Di bawah asuhannya yang teramat ‘keras’, Apple (segenap para karyawan dan produk-produknya) menjadi terdepan pada ranah teknologi komputasi.
Steve Jobs, tentu saja—atas Izin Allah, berhasil meyakinkan banyak pihak bahwa teknologi Apple adalah ‘luar biasa’ sehingga segala harga yang ditawarkan adalah bukan masalah yang berarti. Steve Jobs, sejak awal perusahaan yang berlokasi di Infinity Loop, California, Amerika Serikat, ini berdiri, telah menanamkan sense kepada para pengguna dan pelanggan bahwa teknologi bukan hanya memudahkan pekerjaan. Lebih dari itu, para pengguna bahkan dapat merasakan pengalaman menakjubkan ketika menggunakan, baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang ada. Para pengguna tidak hanya memperoleh kebermanfaatan teknologinya, tetapi juga nilai rasa yang berpadu dengan keindahan dan fungsionalitas yang tepat guna. Steve Jobs berupaya untuk menanamkan nilai-nilai tawar ini, baik kepada internal Apple maupun kepada para consumer mereka, untuk jangka panjang.
Sebagaimana diketahui bahwa Mac merupakan salah satu produk yang fenomenal sebelum keberjayaan iPhone/iPad. Banyak para pengguna awal Windows juga telah mengetahui bahwa ada sistem-operasi Macintosh (sebelum berubah nama menjadi macOS) yang tersemat di komputer Apple. Barangkali, khusus peranti Mac, jamak pengguna beratnya adalah para pengembang perangkat lunak (software) di Barat; mereka menggunakannya untuk pelbagai kebutuhan development dan deployment.
Perangkat ponsel/gawai iPhone dan iPad juga tidak kalah menarik bagi para pengembang. Kalau iPhone/iPad, jamak developer fokus tertarik dengan sistemnya (iOS). Terlepas dari eksistensi aplikasi di toko aplikasi App Store dan Mac App Store yang amat menjanjikan, macOS dan iOS memang menarik untuk dipelajari. Ekosistem keduanya juga teramat kuat, tidak jarang konsep ekosistem yang dikembangkan Apple (integrasi macOS, iOS, watchOS, tvOS, dan sebagainya) juga telah jamak ditiru oleh perusahaan teknologi lain, salah satu perusahaan yang amat populer diketahui berival dengan Apple adalah Samsung.
Bukan rahasia umum lagi bahwa antara Apple dan Samsung seolah ada ‘persaingan’. Namun, terlepas dari kompetisi yang ada, sejatinya mereka saling membutuhkan dan menguntungkan. Tidak jarang didapati produk perangkat keras Apple menggunakan pelbagai chip yang dibuat oleh Samsung, seakan amat mudah ditemukan antarmuka ponsel berbasis Android atau Tizen Samsung memiliki keserupaan dengan antarmuka iOS Apple. Dunia bisnis sesungguhnya tidaklah semengerikan yang dikabarkan oleh media, kita tidak pernah tahu ‘ada apa’ di balik kanvas model bisnis yang dijalankan perusahaan, termasuk antara Apple dan Samsung.
Terlepas dari dominasi pasar perangkat teknologi yang ditahtai oleh Apple dan Samsung, rupayanya hal ini juga membuat jamak pengguna produk mereka berlomba-lomba untuk memiliki: kalau tidak produk Apple, ya Samsung. Dari segi kualitas, tentu antara Apple dan Samsung tidak dapat diperbandingkan, keduanya memiliki kekhasan masing-masing. Namun, toh pengguna amat mempercayai keduanya.
Masalah berikutnya yang tidak kalah mencolok adalah mengapa kita lebih memilik produk-produk Apple, daripada Samsung atau daripada produk dari perusahaan terkenal lainnya. Hal ini masih menjadi singgungan perdebatan bahwa tidak semua orang ingin menggunakan Apple memiliki niat dan tujuan yang serupa. Beraneka ragam niat maksud yang dimiliki oleh pembeli produk-produk Apple seolah mengukuhkan bahwa, apabila dapat memiliki produk Apple, dirajat orang itu pun naik. Hal ini tentu sungguh menggelikan. Semoga kita lebih mengedepankan aspek keinginan untuk belajar atas sistem-sistem Apple tersebut, lebih-lebih yang bersifat open-source. Selamat belajar perangkat/peranti Apple!