Blog Mendadak Gelap
Diterbitkan pada dalam Blog.
Tiada yang salah dengan layar peranti Anda, tema tampilan blog kali ini memang lumayan gelap. Tidak sepenuhnya gelap, tetapi cukup memberikan pengalaman membaca yang lain bila Anda ingin membuka-buka lagi beberapa tulisan saya di sini. Hal ini bukan disebabkan saya sedang suka gelap-gelapan, melainkan sekadar ingin berganti ‘suasana’. Beberapa waktu terakhir, ada sense tersendiri bila mendapati tulisan dengan latar gelap.
Niat awal saya, sejatinya, adalah ‘mengganti’ tema WordPress blog ini. Ingin lebih menyederhanakan lagi beberapa elemen sehingga laman-laman di dalamnya dapat ditelusur tanpa ‘memakan’ waktu jeda menunggu ‘yang tidak sebentar’. Telah jamak berlaku di dunia digital kekinian, serbaneka layanan internet yang ada, apabila tidak dapat menghadirkan layanan dengan cepat, kecenderungannya akan mudah dilepas (ditinggal) oleh para penggunanya. Begitu pula, lebih-lebih, untuk blog yang amat sederhana dan biasa saja ini, yang hanya berisi esai bebas tidak tentu arah.
Tren Web Statis
Tren yang berlaku pada beberapa tahun ini adalah makin banyak pengisi konten semacam narablog yang menyajikan blog mereka menjadi lebih sederhana. Saya sejatinya tidak ingin mengikuti tren ini, la wong sejak awal memang sudah sekadarnya. Fakta empiris menunjukkan bahwa banyak blog ramai-ramai betransformasi lebih gegas dan cepat lantaran menerapkan teknologi web dari ‘dinamis’ menjadi ‘statis’. Entah bagaimana dinamis yang dimaksud, bagaimana pula dengan statis, saya belum akan memerincikannya pada kesempatan ini.
Saya salut dengan beberapa programer atau pengembang perangkat lunak yang masih gemar mengeblog dan telah mengupayakan ‘beberapa’ hal agar tidak bergantung dengan engine blog populer semacam WordPress, Tumblr, dan lainnya. Alih-alih bergantung pada pengembangan teknologi web berbasis PHP, misalnya sebagian mereka benar-benar beralih ke fondasi dasar HTML5.
Lebih ‘takjub’ lagi sebab para pengembang tersebut membuat fondasi web/blog mereka dari tangan dingin mereka sendiri. Saya tidak habis pikir atas apa yang mereka lakukan, tetapi beberapa kali berkunjung ke blog-blog mereka berasa memang lebih cepat diakses daripada sebelumnya. Web statis malah ringan diramban, ya?
Entah bahasa pemrograman apa yang mereka gunakan untuk membangun fondasi tersebut, barangkali dari HTML5, Jekyll, Ruby, Python, atau bahkan sekadar beberapa balutan sederhana baris JavaScript. Yang pokok, saya ‘menyayangkan’ bahwa teknologi terapan mereka cukup tidak mudah bagi saya, he he he. Padahal, mereka juga tidak pelit, alias membagikan kode-sumber mereka secara bebas, yang biasanya jamak diterbitkan pada akun-akun GitHub dan/atau lumbung perangkat lunak (repositori) mereka sendiri.
“Tak ada kayu, rotan pun jadi.”
Saya masih ingin tetap menggunakan WordPress. Soal agar blog tampak lekas diakses bergantung banyak faktor, salah satunya adalah tema tampilan—menurut hemat saya. Kalau menggunakan tema yang tidak berlebih dan tidak banyak pernak-pernik, barangkali pengunjung lebih ‘lancar’ meramban.
Perihal warna gelap, sejatinya ini bermula dari selera beberapa pekan terakhir. Acap bergadang membuat mata saya lebih nyaman memandangi layar monitor laptop atau ponsel yang agak redup. Saya tidak menggunakan aplikasi Flux atau Twilight, cukup meredupkan layar dan dominan beraktivitas dengan aplikasi yang dapat ‘digelapkan’, semacam Simplenote, Twitter, dan Medium, atau cukup mengganti tema dengan warna gelap. Hal ini diharapkan pula tidak terlalu banyak pancaran sinar-biru (blue-light) yang hinggap di mata.
Teringat lebih dari 10 tahun yang lalu, mendapati tulisan perihal efek ‘baik’ warna dasar gelap pada paparan layar komputer. Pada informasi tersebut, ditambahkan pula bahwa layar yang memancarkan sinar gelap lebih menghemat energi. Masuk akal, sih, lantaran tidak terlalu banyak sinar yang berpendar. Apalagi bila konsumsi gelap layar tersebut dilakukan pada malam hari, tentu lebih memanjakan mata yang semestinya sudah terpejam beberapa jam sebelumnya.
Apabila Anda sempat mendapati masa-masa kejayaan IRC atau Yahoo! Messenger, barangkali jamak kantor pun masih belum dapat beralih dari program (berbasis DOS),WordStar dan Lotus123—glory days, tentu Anda memahami juga bahwa laman-laman web yang hadir kala itu, terutama yang dominan bernuansa gelap, jamak dikategorikan sebagai laman-laman underground. Laman-laman yang dimaksud acap membahas cracking dan pernak-pernik keamanan jaringan komputer dan telepon lainnya.
Alhamdulillah, tidak cukup tertarik hal-hal ‘begitu’ kala itu membuat saya—atas Izin-Nya—untuk fokus hal lain, sekalipun masih remaja, meskipun banyak resources yang dapat saya pelajari dan gunakan. Saat mendapati konsep bahwa hacking tidak sama dengan cracking, lebih-lebih phreaking atau bahkan carding, apalagi pelabelan script-kiddies, elite, atau lainnya, saya hanya mencukupkan diri dengan belajar komputer sekadarnya. Belajar pemrogramam ringan dan menggunakan sistem dengan kernel Linux sudah mengasyikkan.
Kosakata hacking sejatinya lebih ditandaskan pada ranah ‘membangun’, bukan ‘merusak’. Otomatis, apabila aktivitas berkomputasi lebih pada niat ‘merusak’ (entah sekadar iseng, mempraktikkan social engineering, mencari popularitas, dan sebagainya), hal ini tentu tidak dapat dikategorikan sebagai aktivitas hacking yang sesungguhnya. Terlepas ada istilah white-hacker dan black-hacker (atau whitehat dan blackhat), hacking sejati adalah ‘membantu membuat dunia menjadi lebih baik’.
Terlepas dari itu, blog ini menjadi terkesan ringan kala putusan untuk menggunakan tema (dengan warna gelap) diterapkan. Berasa blasting fast, bukan? Tampaknya, saya belum perlu ikut-ikutan memigrasikan blog ini menggunakan teknologi web statis. Rasanya sama sekali belum ingin dan belum memungkinkan. Namun, soal lightly-accessed, mengapa tidak, sekalipun masih dengan CMS populer dari perusahaan Auttomatic ini.
Walau-bagaimanapun juga, WordPress masih memudahkan, keterampilan pemrograman tidak terlalu disyaratkan, dan narablog pun dapat fokus dengan konten publikasinya. Bagaimana menurut Anda, apakah Anda cukup nyaman dengan tampilan gelap blog ini sekarang? Mohon dimaafkan bila blog ini, sejak dari awal kelahirannya dahulu, masih tetap sederhana dan kalem, he he he. “Semoga masih belum bosan, duhai Pembaca.”