Latif Anshori Kurniawan

Tip Muslim Indonesia di Inggris (I)

Diterbitkan pada dalam Blog.

Bagaimana keadaan kaum muslimin di luar negeri, salah satunya di Kerajaan Britania Inggris Raya (atau United Kingdom, U.K.)? Apakah keadaan mereka tidak jauh berbeda dengan umat Islam di Amerika Serikat atau bahkan di Indonesia?

Alhamdulillah ya, sangat patut bersyukur tinggal di Indonesia, kaum muslimin amat tenteram beribadah. Nyaris tiap hari terdengar suara azan, banyak masjid di sana-sini, para orang tua dan anak-anak yang tidak bosan meramaikannya. Hal-hal yang belum tentu mudah dapat dinikmati di Inggris.

Oh iya, saya masih tergelitik bila menyebut Inggris, apakah sebagai ‘Inggris’ atau ‘U.K.’. Ada U.K., ada England. Lalu, apa padanan yang pas (sesuai)? Sifat bahasa yang arbitrer dan manasuka orang bertutur mendorong saya acap-acap tidak membatasi pilihan tuturan. Namun, diskusi di belahan dunia maya lainnya sangat menarik.

Terlepas dari persinggungan pendapat hingga mencuatkan perdebatan, siapa sangkat mengapa Amerika Serikat, yang dipadankan dari United States of America (U.S.A. atau U.S., serapan kasarnya: Negeri-negeri Serikat yang Bersatu dari Tanah Amerika), tetap konsisten sebagaiman bentukan serapannya tersebut. Lain hal dengan U.K., siapa sangka hingga kini bervariasi pihak memiliki pendapat yang berlainan. Anda memiliki pendapat lain?

Sebagai umat mayoritas di Indonesia, kaum muslimin pun dapat hidup dan berharmoni dengan umat lain. Para nonmuslim mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat muslim setempat, mereka beraktivitas damai di dalam negeri. Tidak jarang tokoh-tokoh dunia melabeli Indonesia sebagai negeri Islam yang toleran setelah Arab Saudi–walhamdulillah. Namun, akankah hal serupa menghiasi kehidupan kaum muslimin di U.K. (yang jamak didominasi nonmuslim)?

Keadaan umat Islam di U.K. pun bervariatif pada dasarnya. Variasinya pun tidak dapat berpancang dari pemberitaan-pemberitaan di pelbagai media. Bisa jadi fakta yang terjadi berkebalikan atau cenderung lebih indah daripada yang dikabarkan.

Sekalipun terjadi beberapa kasus radikalisme, bahkan kasus terorisme beberapa bulan lalu, pemerintah U.K. tetap mengakomodasi kaum muslimin di sana–walhamdulillah. Media lokal pun tidak jarang mewawancarai tokoh-tokoh muslim di sana, salah satunya selaik yang dilakukan BBC dengan Ustaz Abu Khadijah Abdul-Wahid–hafizhahullah.

Islamofobia tidak selalu tampak setiap waktu, lo, meskipun hal ini masih sangat menghantui aktivitas berkehidupan saudara-saudari muslim kita di luar negeri nonmuslim mana pun. Tindak kekerasan pun belum tentu benar-benar terjadi bila tiada upaya tabayyun sama sekali in the field. Fitnah (ujian) dari kalangan yang mengatasnamakan bukan nonmuslim pun tidak kalah beraneka rupa, terutama dari kalangan penganut agama Syiah atau kelompok-kelompok yang realitanya bersikap radikal–yang mengatasnamakan Islam lainnya.

Apalagi bila sekadar memperoleh warta dari sumber yang tidak tepercaya sama sekali, yang cenderung mencela tanpa evidensi, bahkan bila media tersebut telah masuk daftar hitam oleh pemerintah negeri-negeri Islam, selaik: pemerintah Arab Saudi, pemerintah Indonesia, pemerintah Mesir, dan lainnya–wallahul musta’an.

Apapun ujian yang Diberikan-Nya kepada saudara-saudari kita di U.K. ataupun di luar negeri lainnya, alhamdulillah, mereka Dikuatkan-Nya dengan iman, melalui pelbagai wasilah (sesuai Sunnah) yang ada. Atas Izin-Nya, mereka tetap dapat beraktivitas dengan baik, tetap dapat bekerja layak, tetap dapat mengonsumsi makanan halal, tetap dapat tersenyum dengan kondisi yang ada, dan tetap senantaisa Diberkahi-Nya–insyaallah.

Kekhawatiran atau ketakutan tidaklah berarti sebab mereka begitu pasrah dan bertawakal kepada-Nya. Selalu saja ada rezeki-Nya yang halal dan tayib dalam pelbagai rupa. Mereka pun bersabar.

Sudah bukan hal sulit lagi bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk memperoleh informasi pelbagai hal yang menyangkut kebutuhan pribadi atau peribadatan mereka melalui pelbagai informasi daring yang dapat ditelusur dari internet. Tidak dimungkiri bahwa, sekalipun sebagai pendatang muslim di negeri asing selaik U.K., kita (muslim Indonesia) pun dapat melakukan pelbagai aktivitas harian, termasuk beribadah, dengan semestinya, dengan tetap menghormati regulasi pemerintah setempat. Berikut beberapa referensi tip sederhana bagi Anda, teman-teman muslim Indonesia, kala beraktivitas di luar negeri.

Cari Masjid
Ketika menginjakkan kaki di negeri asing untuk pertama kali, katakanlah di Kerjaan Inggris Britania Raya (United Kingdom, U.K.) atau Amerika Serikat, adalah hal lumrah bila kita tidak akan jarang berinteraksi dengan pihak kedutaan (embassy). Selain hal-hal berbau administratif keimigrasian, sebagai seorang muslim, tidak kalah elok bila bertanya lokasi masjid-masjid terdekat, terutama yang berdekatan dengan tempat menetap.

Selaik di Indonesia, masjid adalah salah satu tempat yang diidamkan, tempat yang krusial untuk dijangkau pertama–jangan sampai hati kita sama sekali tidak bebersit atas masjid. Tempat kaum muslimin beribadah, berkumpul dan berdiskusi, bermajelis untuk menimba ilmu, hingga hal-hal yang berbau aktivitas harian, terdapat di masjid-masjid kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.

Biasanya, aplikasi yang terdapat di toko aplikasi, semacam App Store atau Play Store, sudah membantu jamak muslim Indonesia di luar negeri. Sebagai referensi awal, tentu cukup membantu. Lebih elok lagi bertanya kepada penduduk sekitar, yang jamak malah mengetahui keberadaan masjid di sekitar mereka.

Hal itu agakanya cukup mudah di U.K. sebab nyaris di banyak kota terdapat masjid di dalamnya. Anda dapat merujuk komunitas muslim yang ada di sana, di antaranya: komunitas muslim Salafi Publications di Birmingham (dengan The Salafi Masjid yang ada), West London Dawah di London, Salafi Centre of Manchester di Manchester, dan banyak lainnya. Sila merujuk beberapa di antaranya yang saya ikuti di Twitter.

Bergabung dengan Komunitas Salafiyyah Lokal
Selaik masjid-masjid di Indonesia, komunitas salafiyyah di U.K. juga menyelenggarakan beberapa kajian Islam melalui berbagai majelis di masjid-masjid. Menyenangkannya, apabila Anda adalah pelajar (siswa, mahasiswa) di sana, nyaris pada beberapa waktu aktif, terdapat pengajian. Barangkali memang tidak di satu masjid yang sama, tetapi skedul bervariatif terdapat pula di masjid yang lain.

Salah satu kota besar di U.K., Birmingham, acap jamak didapati komunitas Islam yang beragam. Sebagai muslim yang bijak, tentu tidak setiap kajian atas nama Islam yang ada akan diikuti, perlu mempertimbangkan banyak hal (lebih lanjut, sila baca laman Islam). Terlepas dari itu, komunitas yang berada di bawah naungan dan atau Salafi Publications (Maktabah Salafiyyah) telah memperoleh rekomendasi dari banyak ulama kibar, terutama bagi para pengajarnya (asatizanya, para ustaznya)–walhamdulillah.

Makanan Halal Tidak Selalu Nasi
Tidak hanya di Indonesia, nasi adalah makanan yang ‘umum’ diketahui. Tidak sedikit orang Barat (Amerika, Eropa) yang menggemari nasi, apalagi orang-orang belahan dunia Timur Asia, nyaris jamak tidak tidak tahu perihal nasi, sekalipun wujud nasinya beraneka rupa.

Tidak dapat dimungkiri bahwa nasi ini selalu menjadi ‘pencarian’ muslim Indonesia di luar negeri. Nasi memang telah jamak dikenal dalam kancah dunia, sayangnya tidak setiap negara ‘menyediakan’ nasi. Kalaupun ada, ketersediaanya amat berbatas. Kerennya, sekali ada, tidak sedikit mendapati makanan pokok ini dengan kualitas di atas rata-rata. Jamak diketahui pula terdapat banyak alternatif pengganti nasi.

Yang patut ditanamkan dalam benak kita kala di luar adalah nasi bukanlah segalanya. Apabila kala di Indonesia amat-sangat terbiasa dengan nasi, nyaris tiada hari tanpa nasi pada setiap waktu bersantap, sila ancang-ancang sedari dini di Indonesia untuk mengurangi porsi nasi bila dalam waktu dekat merencanakan visitasi ke luar negeri dalam waktu lama.

Terlepas dari jamak program diet sehat yang menekankan pada pereduksian konsumsi nasi, agakanya berbeda bila telah terbiasa tidak terlalu bergantung dengan nasi sejak dari Indonesia. Di U.K., ada beberapa penyedia nasi dari warga lokal setempat. Apabila kangen nasi dengan sangat, tidak perlu menunggu event bersama kedutaan atau jamuan dari sesama warga negera Indonesia (WNI), cukup kontak beberapa WNI yang melayani pengiriman nasi ke flat Anda. Gratis? Tidak mahal, kok, tidak lebih dari 2 digit Pound-sterling.

Wujud masakan berbahan nasi yang disediakan pun beraneka rupa. Kangen nasi goreng, mereka dapat membuatkannya. Bagaimana dengan nasi putih bersanding dengan irisan daging rendang yang nikmat? Mmm, menggugah selera.

Harga nasi di U.K. pun tentu berbeda dengan di Indonesia. Namun, apabila terbiasa dengan nasi dari sesama WNI, ternyata lebih murah bila dibandingkan dengan harga di pasar lokal setempat, lo. Serius. Sila bandingkan sendiri.

Demikian pos pertama perihal ini. Belum dapat menjanjikan kelanjutannya, tetapi tetap insyaallah.