Latif Anshori Kurniawan

Sikap saat Wabah COVID-19

Diterbitkan pada dalam Blog.

Qadarullah, wabah Coronavirus (COVID-19) makin menggejala dari hari ke hari, terkhusus di Indonesia—semoga segera berakhir. Hal ini pun terindikasi sebagai “Bencana Nasional Non-Alam”. Dengan kata lain, wabah virus ini tidaklah main-main—masyaallah. Korona merupakan virus yang baru, belum ditemukan vaksin yang 100% dapat ‘mengatasi’-nya—dengan tidak melupakan bahwa virus ini Diizinkan-Nya datang dan hanya Dia-lah Yang Punya penawar-nya.

Tidak sedikit yang telah menjadi korban dari virus yang telah ditetapkan Badan Kesahatan Dunia, WHO, sebagai pandemi tersebut. Bermula dari Negeri Tirai Bambu, lalu mewabah ke beberapa negara termasuk Negeri Mode Italia, hingga akhirnya menyeruak ke seluruh penjuru dunia. Tidak banyak negara yang menerapkan mode kunci lockdown lantaran mempertimbangkan pelbagai hal, beberapa di antaranya masih dalam takaran semi-nya dan dikondisikan dengan pelbagai kebijakan. Sebagai warga negara yang baik di Indonesia, kita sepenuhnya mempercayakan kebijakan tersebut kepada pemerintah.

Pemerintah sudah bekerja keras atas hal tersebut sehingga tidak perlu turut serta dalam perdebatan apakah Indonesia perlu menerapkan putusan ‘mengunci diri’ tersebut atau tidak. Sekali lagi, tidak perlu berdebat, lebih-lebih di dunia maya, yang acap pembicaraan yang terjadi dengan sesama warganet makin membuat gaduh dan keruh suasana. Antarwarganet belum tentu memiliki paradigma terbuka, bukan? Hindarilah perdebatan, sekecil apa pun itu, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Tidak sedikit korban wabah COVID-19 berjatuhan yang berujung pada kematian—qadarullah, tidak sedikit yang malah/bahkan menimpa tenaga medis (dokter, perawat, analis kesehatan, dan sebagainya). Siapa pun dapat terkena, dapat menjadi carrier (pembawa virus) bagi orang lain dengan imunitas yang lebih rendah. Ada jaminan bahwa antarkita memiliki kadar imun yang serupa? Imun serupa pun belum tentu tidak terserang. Memang, golongan yang paling rawan adalah para orang tua, tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak dan remaja.

Nasihat pun telah dirilis dan terus bergulir, baik dari pemerintah pusat dan daerah, segenap ulama dan asatiza (para ustaz), hingga siapa pun yang dapat saling ingat-mengingatkan atas musibah yang telah mengglobal ini. Terima kasih kepada pemerintah dan asatiza yang telah mengupayakan banyak hal terbaik untuk segenap rakyat Indonesia.

Kewajiban kita adalah taat kepada pemerintah. Segenap pemangku pun telah berikhtiar/berjuang keras, memberikan arahan dan mengeluarkan pelbagai kebijakan yang terbaik bagi warganya, terutama guna meminimalisasi distribusi Korona yang terus meningkat di negeri ini. Paling tidak, elok kita perlu menyikapi dan melakukan beberapa hal sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah, disertai dengan berpegang pada nasihat ulama dan asatiza, serta dapat meminimalisasi korban berikutnya, sebagai berikut.

  1. Menebalkan rasa iman dan takwa kita pada Allah melalui keseringan diri bertobat dan beribadah, serta perkuat pemunajatan pelbagai doa baik untuk pemerintah dan rakyat Indonesia agar wabah COVID-19 ini segera berakhir. Sebagai hamba-Nya, kita sangat percaya bahwa wabah virus ini terjadi atas Izin-Nya dan Kuasa-Nya, kita pun beriman kepada-Nya bahwa Dia sedang Menguji segenap hamba-Nya dan kita dapat melalui ujian ini dengan baik. Selain banyak berzikir dan berdoa, tidak lupa menempuh sebab-sebab yang kiranya dapat diikhtiari guna meningkatkan imun dan kesehatan badan, di antaranya mengonsumsi madu, jintan hitam, jejamuan herbal dan rempah, serta sumplemen multivitamin yang dianjurkan lainnya.
  2. Melaksanakan arahan pemerintah untuk bekerja di rumah (staying & working at home, work-from-home) dengan penuh optimisme (tetap penuh ketenangan/tidak panik). Paling tidak, lebih banyak berdiam diri di dalam rumah daripada beraktivitas di luar rumah (mengurangi intensitas berinteraksi dengan orang lain di luar) membantu meminimalisasi pergerakan atau sebaran virus. Termasuk dalam hal ini adalah melaksanakan pelbagai rupa aktivitas peribadatan di dalam rumah—hal ini pun telah sesuai dengan nasihat terbaru dari ulama kibar Arab Saudi (melalui asatiza, terutama perwakilan asatiza, yakni Ustaz Luqman Ba‘abduh حفظه الله—dapat disimak pada laman web Manhajul-Anbiya.net) dan Majelis Ulama Indonesia.
  3. Bagi para pekerja rumahan dan bahkan (lebih-lebih) segenap pekerja/petugas swasta yang jamak bekerja di luar, tidak kalah dianjurkan untuk melaksanakan pelbagai aktivitas dengan menjaga kebersihan dan kesehatan, terutama menerapkan pola hidup bersih mulai dari hal teramat sederhana, yaitu mencuci tangan dengan sabun-tangan sesering mungkin.
  4. Menerapkan sopan-santun dan/atau menjunjung tinggi etika ketika mengalami beberapa gejala flu ringan atau sejenis masuk angin (bahasa Jawa: common flu), seperti menutupi aktivitas batuk dan bersin dengan lengan atas (bukan dengan telapak tangan atau jari-jemari), atau menutupinya dengan tisu.
  5. Mengenakan masker penutup wajah dengan benar bagi orang yang sedang sakit atau orang-orang yang layak menggunakannya, yaitu orang-orang yang acap beraktivitas di pelbagai layanan publik sehingga bersemuka dengan orang lain secara langsung adalah sebuah keniscayaan. Yang wajib mengenakannya adalah mereka, di antaranya: para tenaga medis, aparat keamanan, petugas di fasilitasi/layanan umum, pedagang di pasar, pekerja ojek daring (ojol), dan siapa pun yang layak mengenakannya. Bagi yang bekerja di rumah dan dalam keadaan sehat, tidak perlu mengenakannya.
  6. Menjaga jarak dengan sesama (melaksanakan social-distancing—memberi jarak ketika melakukan aktivitas bersosialisasi) ketika berada di tempat umum lebih-kurang satu meter. Elok mengantre sesuai porsi posisi berdiri yang telah dibuat oleh penyedia fasilitas setempat (yang sudah diberlakukan di beberapa swalayan, apartemen, dan layanan umum lainnya). Sementara waktu, mengurangi interaksi berlebih dan mengurangi berjabat tangan kala bersemuka.
  7. Meningkatkan rasa empati dengan tidak melakukan panic buying dan tidak berlebihan dalam menggunakan alat sanitasi (sanitizer) di tempat umum—berbagilah dengan yang lain. Apabila Anda ingin membantu dengan berderma, terdapat banyak saluran donasi yang dapat didukung guna penyediaan pelbagai hal, dari hand-sanitizer, masker (terutama jenis bedah disposable dan N-95), bahan disinfektan, sarung tangan, coverall jumpsuit, dan peralatan lainnya.
  8. Mendukung validitas informasi dan meminimalisasi kabar bohong (hoax) perihal COVID-19. Hal ini dapat diupayakan dengan mendistribusikan pelbagai informasi resmi dari pemerintah, dari pernak-pernik pola kebersihan diri dan pola hidup sehat hingga kiat-kiat mengurangi/mencegah penularan virus ini.

Tolong tidak letih untuk saling mengingatkan segenap warga masyarakat untuk tidak menambah beban, baik pikiran maupun energi, segenap tenaga medis dengan mengisolasi diri di dalam rumah lebih banyak/sering. Mari berupaya semaksimal mungkin menghindari kontak penularan sehingga mudah-mudahan dapat mereduksi kuantitas pasien di fasilitasi kesehatan umum masyarakat (klinik, puskesmas, rumah sakit, dan seterusnya).

Di samping hal tersebut, miris rasanya dapat dengan mudah mendapati sebagian warganet menjadikan pandemi virus dunia ini menjadi bahan olok-olokan. Meme pun bertebaran di media sosial, tidak sedikit plesetan dibuat, tagar-tagar yang tidak mengindahkan imbauan pemerintah pun bermunculan menyertai bahan olokan, yang tujuan utamanya sekadar membuat orang tertawa.

Barangkali, tidak ada masalah dengan canda dan tawa. Namun, apabila terlalu berlebihan, lebih-lebih menjadikan musibah (calamity) ini sebagai bahan canda-tawa, rasanya tidak pas (di luar nalar normatif orang pada umumnya). Terlepas dari a.n. ‘kreativitas’ yang ada, pelbagai rupa olokan itu justru suatu pertanda betapa ‘keras’ hati orang yang membuatnya. Tengoklah para korban atau keluarga korban virus ini, lihatlah betapa payahnya tenaga medis kita mendedikasikan diri mereka guna membantu sesama—bahkan mereka pun bertaruh nyawa, dan ada yang masih sempat membuat meme olokan atas wabah yang ada? Wallahul musta‘aan.

Diinformasikan dari pelbagai media tepercaya—insyaallah—bahwa Korona makin masif—wallahul musta‘aan. Dikabarkan pula bahwa pihak yang teramat rentan kini adalah justru segenap tenaga medis, tidak sedikit dari mereka telah tertular—semoga Allah Menjaga mereka dalam kebaikan.

Mari cegah tersebarnya COVID-19 ini dengan mengisolasi diri di dalam rumah lebih sering, melaksanakan physical-distancing (sebelumnya diistilahkan social-distancing), sering cuci tangan dengan sabun atau secukupnya dengan hand-sanitizer, dan/atau mendisinfektansi area visitasi. Mari perkuat doa-doa baik kita untuk pemerintah-rakyat dan segenap tenaga medis di Indonesia—semoga Allah Menguatkan kita. Hanya kepada Allah: kita memohon pertolongan dan perlindungan.