Latif Anshori Kurniawan

Tidak Elok Jenazah Ditolak!

Diterbitkan pada dalam Blog.

Sedih mendapati kabar aksi penolakan jenazah (qadarullah) yang terindikasi meninggal melalui serangan COVID-19 di beberapa daerah di Indonesia. Lebih sedih lagi, jenazah tersebut ditolak oleh sebagian warga keseharian beliau kala masih hidup. Miris ada juga jenazah dari tenaga medis (garda terdepan menghadapi Coronavirus) tidak luput tidak diterima. Lebih menyakitkan lagi bahwa para penolak tersebut adalah sesama muslim.

Hal tersebut tentu melukai banyak pihak, terlebih keluarga, kerabat, dan sahabat dari yang ditinggalkan. Di manakah nurani para penolak tersebut? Sangat menyayat hati. Hal ini pun menjadi miris bahwa penolak tersebut lebih mengkhawatirkan diri mereka tertular Coronavirus daripada menimbang perasaan keluarga korban. Pada muaranya, tidak sedikit yang menghakimi bahwa penolak tersebut lebih takut dengan virus yang mewabah ini daripada kepada Allah (?)—wallahul musta’aan.

Kalau mengaku beriman dan berislam dengan kesungguhan, bukankah kita percaya bahwa ini semua terjadi atas Izin dan Kuasa-Nya? Begitu pula atas jenazah tersebut, bukankah ia meninggal lantaran terkena COVID-19 adalah lantaran Takdir-Nya? Sebagai muslim yang baik, bagaimana pun kondisi jenazah tersebut, ketika sudah ada jenazah siap untuk dikebumikan, elok dibantu untuk penyegeraannya. Bukan malah dihalang-halangi, bahkan ditolak—astagfirullah.

Betapa agung teladan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sekalipun dengan jenazah nonmuslim, beliau pernah didapati berdiri ketika pengantaran jenazah nonmuslim tersebut melewati beliau. Subhaanallāh, suri teladan yang tidak akan tergantikan.

“Sungguh, Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah didapati melihat (pengantaran) jenazah melewati beliau, lalu beliau berdiri. Ada seseorang memberi tahu beliau, ‘Itu jenazah orang Yahudi.’ Beliau menjawab, ‘Bukankah ia juga manusia.’”

H.R. Muslim

Jenazah orang-orang nonmuslim pun, ketika pemerintahan Rasulullah, diterima pengebumian mereka (diperlakukan sebagaimana kelayakannya) sesuai ajaran agama mereka. Sekalipun permusuhan sebagian mereka kepada beliau dan kaum mukminin ketika itu amat keras, beliau tetap mengedepankan keadilan. Tidak ada riwayat/sejarah beliau menolak kehadiran nonmuslim, lebih-lebih sesama muslim, dan semua hidup damai dan harmonis di negeri beliau kala itu.

Beberapa Aksi Penolakan Sesama Muslim

Cerita aksi penolakan di negeri ini tidak jarang terjadi. Teringat beberapa kasus penolakan lain, yang melibatkan sesama muslim, yang hendak salat jumat di masjid. Tidak salah, ada warga sesama muslim ingin bersalat jumat di sebuah masjid di kota besar, tetapi ditolak terang-terangan bertuliskan penolakan untuk salat jumat di masjid tersebut bila warga tersebut mendukung salah satu tokoh politik nonmuslim yang sedang berkontestasi kala itu—astagfirullah.

Mengapa hal ini bisa terjadi, sesama muslim sampai hati melarang saudaranya untuk beribadah di dalam tempat ibadah yang tentu saja milik bersama. Dengan kata lain, warga muslim pendukung tokoh nonmuslim tersebut pun dilabeli tidak membela kepentingan umat—astagfirullah. Terlepas dari dunia perpolitikan yang ada, secara kaidah syariat, tiada larangan bagi siapa pun nonmuslim memasuki masjid kaum muslimin.

Apabila kita menengok di Barat, betapa tidak sedikit masjid yang di dalamnya terdapat nonmuslim sedang menyimak kajian Islam yang ada. Beberapa di antaranya dengan terang-terangan sebagai nonmuslim, belum berhijab sebagian wanitanya, dan boleh mengikuti kajian yang ada. Begitu indah. Namun, kalau sesama muslim dilarang memasuki masjid lantaran sudut pandang berpolitiknya, yang hanya duniawi, tentu lebih dari kata mengerikan.

Terlepas dari paham penolak sesama tersebut, ada yang menilai hal itu justru dapat mengarah pada pemahaman Khawarij (radikalisme, terorisme) sebab mengedepankan kebencian terhadap sesama muslim yang tidak segolongan dengan mereka). Salah satu pekerjaan rumah terbesar negeri ini adalah konflik horisontal, yang entah mengapa urusan duniawi tidak jarang menjadi penyebabnya. Orang dengan mudah sakit hati, tersulut atau terbakar emosinya hanya lantaran serba-serbi duniawi—astagfirullah.

Entah dilanggar kepentingan seseorang ataupun cemburu dengan pencapaian seseorang, rasanya elok antarkita tidak perlu memperbesar permasalahan duniawi yang hanya sesaat-sesaat dan fana (tidak kekal). Tidak dapat dimungkiri hal ini tidak jarang terjadi, selalu saja kejadian unik yang mencuat ke permukaan tidak terlepas dari hal-hal berbau duniawi. Tidak dapat disangkal bahwa kekinian makin merebak sifat sebagian manusia yang (berlebih dalam) cinta dunia dan takut kematian (diistilahkan Rasulullah sebagai nama sebuah penyakit, yakni Al-Wahn).

Semoga tidak ada lagi kasus penolakan jenazah, baik sesama muslim maupun nonmuslim, baik korban wabah maupun berkait sudut pandang kehidupan duniawinya yang berbeda. Semoga Allah senantiasa Menyadarkan kita agar kita selalu memulangkan pelbagai hal kepada-Nya. Semoga Allah senantiasa Menyatukan hati kita di atas Al-Haqq.