Latif Anshori Kurniawan

Belanja ‘Groceries’ saat Pandemi

Diterbitkan pada dalam Blog.

Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, telah menandaskan bahwa pandemi Coronavirus (COVID-19) di Indonesia sebagai “Bencana Nasional” melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020. Dengan demikian, penanggulangan bencana yang telah ditentukan sedemikian rupa oleh pemerintah tentu elok didukung. Kita wajib taat pada pemerintah dengan melaksanakan pelbagai protokol kesehatan yang ditetapkan, dari hal-hal sederhana hingga kadar aktivitas terumit yang tidak jauh dari aspek menjaga kebersihan dan kesehatan.

Bapak Presiden telah merilis pula kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), diberlakukan dan dimulai (terutama) dari Jakarta (dan sekitarnya) hingga beberapa daerah lain. Peraturan terkini adalah (dengan tegas) pemerintah melarang mudik yang mulai diberlakukan pada 24 April 2020 nanti. Beribu terima kasih kepada pemerintah yang telah berupaya sedemikian rupa—semoga Allah senantiasa Menjaga Bapak Presiden dan segenap aparatur pemerintah Indonesia.

Masyaallah, masyarakat pun menyambut baik serbaneka putusan pemerintah. Paling tidak, sebagian besar masyarakat telah mengetahui banyak informasi putusan tersebut melalui medium daring ponsel/gawai. Masyarakan pun dengan senang hati menerapkan protokol bersama, terutama terkini perihal mengenakan masker ketika: ke luar rumah, bersemuka orang lain di luar rumah, atau beraktivitas di tempat umum (ada atau tidak ada orang).

Sembari menaati aturan yang ada, tidak sedikit dari masyarakat yang tetap aktif beraktivitas, sekalipun tidak sebebas sebelum pandemi. Banyak orang yang memanfaatkan momen bekerja dari rumah ini untuk lebih dekat dengan keluarga, meningkatkan me-time diri dengan membaca berlebih (menyelesaikan beberapa buku), ada pula yang menikmati berkebun dengan lahan sekadarnya, atau sekadar me-reset diri dengan memperbanyak beribadah di dalam kamar.

Tentu saja, ada pula sebagian orang yang dapat memanfaatkan momen ini untuk berbelanja pelbagai kebutuhan secara daring, jadi mereka tidak perlu ke pasar tradisional terdekat. Sebagian warga sudah melakukannya, di antaranya adalah memesan beberapa hal kepada tukang sayur melalui WhatsApp (WA).

Hal tersebut terutama dilakukan oleh ibu-ibu di perumahan. Mereka memesan beberapa sayuran misalnya melalui WA kepada tukang sayur sehari sebelumya. Kemudian, tukang sayur pun mengantarkan pesanan sehari sesudahnya atau waktu yang telah disepakati. Pembayaran pun masih didominasi secara tunai dengan tidak abai protokol kesehatan bersama (bermasker, semprot-semprot dari botol kecil disinfektan, hingga bisa cuci tangan dengan sabun yang jamak sudah tersedia di depan rumah warga—masyaallah, alhamdulillah).

Ada juga warga yang memanfaatkan medium lain, tetap belanja kebutuhan sehari-hari, seperti sembako, secara daring, tetapi menggunakan layanan aplikasi dari startup lokal (bukan WA). Apabila belanja ritel di lokapasar (e-commerce, seperti: Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan sebagainya) masih terfaedahi normal (bahkan dikabarkan melonjak/meningkat tajam), ada pula layanan online-groceries yang tidak kalah ramai digunakan, yang tidak kalah sangat membantu.

Belanja sembako secara daring, sejatinya, sudah dimulai sejak beberapa tahun sebelumnya. Di antara layanan yang pernah populer adalah HappyFresh (didirikan sekitar 2014 dari Jakarta dan telah melayani di Indonesia, Malaysia, dan Thailand), SayurBox (di Jakarta, sudah menjadi bagian Tokopedia), atau Tumbasin (di Semarang). Kekinian, makin merebak, masyarakat disuguhi pelbagai alternatif layanan startup dengan model bisnis online-groceries.

Selain HappyFresh, SayurBox, dan Tumbasin, ada pula: TukangSayur, KedaiSayur, TaniHub, Etanee, FreshBox, LuxoFood, Brambang, The FoodHall, Meyer Food (, dan lain-lain. Salah satu yang tidak kalah serupa, tetapi dengan fokus pada asupan sehat harian adalah GorryWell, Lemonilo, Greenly (dari Surabaya). Adapun swalayan daring, di antaranya: KeSupermarket, Blibli Mart, GoMart, GrabFresh, dan lain-lain. Semua layanan tersebut tidak selalu ada versi aplikasinya. Kalaupun tersedia, mayoritas masih untuk Android (tidak menutup kemungkinan ada pula untuk versi iOS). Lalu, manakah yang patut dicoba?

Tiada rekoemndasi ketat soal itu. Anda dapat mencoba semuanya. Namun, harap diingat, perlu dipertimbangkan pula cakupan area pelayanan yang mereka tawarkan. Salah satu contohnya adalah Tumbasin. Tumbasin, melalui aplikasi Android mereka, masih melayani Kota Semarang dan sekitarnya. Hal ini tentu belum dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang berdomisili di Jakarta. Tentu saja, pengguna di Jakarta dapat memfaedahi SayurBox, bukan Tumbasin.

Bagaimana dengan HappyFresh, FreshBox, dan lainnya? Untuk HappyFresh, agaknya di beberapa daerah telah terliputi (tidak hanya di Jakarta), tetapi memang belum begitu banyak. Baik HappyFresh, FreshBox, SayurBox, maupun TaniHub (dan lainnya) masih terus dikembangkan dan melakukan ekspansi ke penjuru-penjuru daerah lainnya. Barangkali, ada layanan untuk menjangkau daerah yang lebih jauh bila memungkinkan, tentu ada harga yang mesti dibayar, salah satunya biaya ongkos kirim.

Saya pribadi menyarankan gunakanlah layanan yang benar-benar dapat dijangkau oleh layanan tersebut di daerah Anda. Sekalipun Anda ingin berbelanja di swalayan (mart) daring, seperti Blibli Mart atau GoMart, tetapi ternyata di dekat wilayah Anda lebih dimungkinkan GrabFresh, barangkali lebih bijak untuk menggunakan yang paling dekat dengan Anda. Layanan berbelanja sembako daring memang nyaris serupa kemudahannya dengan teknis berbelanja di lokapasar, tinggal klik-klik/sentuh-sentuh, bayar, pesanan pun dinanti untuk dikirimkan.

Tidak salah lagi, ada kala lokapasar populer, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli melayanai pembelajaan groceries. Hanya saja, barangkali seperti layanan pembayaran billing bulanan yang mereka tawarkan. Ada, tetapi belum tentu selengkap layanan yang memang benar-benar fokus pada ranah groceries. Seperti halnya Anda juga dapat melakukan pelunasan tagihan bulanan melalui aplikasi dompet digital (e-wallet), seperti Dana, OVO, dan sebagainya.

Bisa bayar di lokapasar, tetapi untuk serba-serbi layanan fintech harian, lebih mantap dengan Dana dan kawan-kawan-nya. Kekinian, memang tidak dapat dimungkiri bahwa antarlayanan tidak jarang menawarkan beberapa hal sekaligus; bisa belanja dan bayar ini-itu, bisa begini-begitu. Konsep superapp ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mereka. Saking super-nya, Anda dapat bermain games mini, atau Anda disuguhi layanan dapat melihat video-on-demand di dalam aplikasi mereka; eh.

Layanan belanja daring yang fokus pada groceries jamak lebih mementingkan kualitas produk yang sampai di tangan pembeli. Hal ini mengingat mutu dan kesegaran sayur-mayur dan buah-buahan harus tetap dijaga dengan maksimal. Oleh karena itu, biasanya penyedia layanan dengan tegas menandaskan bila memang belum memungkinkan pengantaran pesanan sayuran di luar area jangkauan, sekalipun dapat dikirim melalui layanan logistik populer (seperti JNE, GoSend, dan sebagainya).

Pengemasan antarlayanan pun beraneka rupa. Elok tetap memberikan bintang tinggi (sebagai apresiasi positif). Rata-rata sudah rapat, rapi, dan aman dari tangan dingin para petugas packaging. Terkecuali, apabila ada pelanggaran hukum, baru Anda dapat mengupayakan hak Anda. Alhamdulillah, sejauh ini, jarang terjadi pelanggaran, 95% masih aman dan nyaman. Sebagai pembeli, tentu kita mesti bijak bersikap.

Layanan-layanan tersebut di atas memang masih terdapat di kota-kota besar di Indonesia. Namun, seperti yang saya sampaikan perihal SayurBox dan Tumbasin di atas, tidak menutup kemungkinan mereka akan terus mengembangkan usaha dan melakukan ekspansi ke kota-kota lain, mengingat model bisnis ini tidak kalah naik daun di tengah pandemi kekinian.

Sebagai pengguna, Anda pun dapat turut serta menjadi mitra layanan belanja sembako daring tersebut. Dalam arti, seperti toko-toko daring di lokapasar, Anda dapat menjadi mitra mereka sebagai penjual, membuat toko/subtoko di dalamnya. Masing-masing memiliki kekhasan, sila cermati dengan saksama pedoman kebijakan bermitra/kerja sama mereka.

Hal tersebut telah jamak ditemukan. Orang-orang menjadi kreatif berbisnis di tengah pandemi. Barangkali, tidak memfaedahi layanan online-groceries ataupun marketplace dari e-commerce, tetapi membuka lapak mandiri melalui platform lain, yang lebih sederhana seperti WA. Tidak sedikit pula yang memanfaatkan layanan bermitra GoFood atau GrabFood, dan setiap hari melayani banyak pesanan. Masyaallah, alhamdulillah, banyak alternatif rezeki di tengah pandemi.

Selamat berbelanja, Bapak/Ibu di rumah dan di mana pun Bapak/Ibu berada! Jangan lupa tetap berhemat (tidak perlu beli-panik), masih ada hak saudara-saudari kita yang lebih perlu ditunaikan. Tetap berbijak diri atas semua hal selama pandemi ini, jaga kesehatan mental dan fisik—jaga kesehatan diri dengan menaati protokol kesehatan yang ada. Selamat menyongsong Ramadan—dan tetap bersabar di tengah pandemi COVID-19!