Latif Anshori Kurniawan

Memfaedahi Blog @RubrikBahasa

Diterbitkan pada dalam Blog.

Berbulan-bulan Pak Ivan Lanin (serba-serbi beliau juga telah kami tampilkan pada laman Munsyi), sebagai pendiri/inisiator dan pengelola blog Rubrik Bahasa (RB), barangkali sebab pelbagai kesibukan beliau nan teramat padat, sebelumnya belum ditambahkan konten artikel tulisan di dalam blog yang masih bernanung di WordPress.com ini, artikel terakhir adalah dari Pak Eko Endarmoko pada sekitar akhir April lampau. Konten yang Pak Ivan poskan di dalam RB merupakan artikel-artikel yang membahas khazanah kebahasaan (terutama isu-isu yang berkait dengan penggunaan bahasa Indonesia) dari media massa. Hal ini tentu sangat menggembirakan sebab artikel-artikel yang jamak tertayang pada media massa cetak tersebut dapat dinikmati/dibaca oleh seluruh orang di belantara dunia maya.

Kami pun tidak bosan membaca berulang-ulang atas artikel-artikel yang terdapat di blog RB tersebut. Pak Ivan mengurasi dengan sangat apik, memilihkan bahasan yang selalu menarik. Lalu, apa, sih, faedah dari membaca kumpulan esai perihal kebahasaan tersebut? Mm, bisa jadi sangat tidak mudah untuk menerangkan hal ini, tetapi mungkin salah satunya: dapat menambah variasi perbendaharaan wacana kita tentang kebahasaan dan bahasa Indoneisa. Makin banyak yang dibaca, apalagi dari sudut pandang yang berlainan, makin membuka mata kita, bukan? Barangkali demikian. Hal ini mengingat esai-esai yang dipublikasikan, yang biasanya disematkan pada rubrik khusus bahasa atau (setara) “Opini”, tentu tidak mudah untuk dikreasi.

Penulis esai untuk rubrik tersebut perlu merangkai kata sedemikian rupa, mengenali dengan baik style tuturan media yang diacu. Tentu saja antarmedia memiliki gaya yang tidak serupa, para penulis pun dilarang menanggalkan karakter bahasa sendiri. Belum tentu pula redaktur surat kabar atau majalah yang memberikan ruang tersebut “mengizinkan”-nya, mereka pun perlu menyunting beberapa hal supaya memang dapat termuat dengan semestinya. Proses yang tidak mudah dan perlu waktu untuk dapat menulis, apalagi rutin, di media jurnalistik ternama, baik cetak maupun digital/elektronik.

Kami jadi teringat saat berkuliah lebih dari satu dekade lampau. Sebagian teman kuliah, terutama yang mengambil mata kuliah peminatan jurnalistik (dari tingkat I, II, hingga III—praktik di instansi media yang terafiliasi) beberapa kali didapati pada rubrik kebahasaan harian Solopos cetak saat itu. Bangga sekaligus gembira. Bangga sebab masih satu almamater, gembira sebab sekaligus belajar bahasa. Topiknya pun terbilang sederhana, selalu tidak memosisikan diri sebagai pemerhati, lebih-lebih sebagai ahli atau pakar. Topik yang diangkat dari penggunaan bahasa Indonesia keseharian, dan mungkin pada umumnya kita abai mencermatinya.

Seperti halnya salah satu artikel pada update-an terbaru dari blog yang tidak kalah menarik dari BahasaKita.com (Pak Iqbal Aji Daryono acap menulis pada web ini di samping Detikcom dan Mojok.co) tersebut (RB), yakni artikel yang membahas penggunaan kata tugas (hubung) pertentangan (yang mempertentangkan) namunakan tetapitetapi oleh Pak Kusnadi pada harian KOMPAS. Benar-benar hal sederhana dan masih sangat menarik. Artikel ini pun mengingatkan saya pada salah satu tulisan rekan saat kuliah dahulu, yakni dari Pak Andi Dwi Handoko, di Solopos. Realitanya memang demikian, tidak jarang, bahkan sekelas pegiat atau yang acap bergelut dengan dunia kebahasaan bahasa Indonesia pun, masih sesekali kurang perhatian atas hal ini. Tidak bosan-bosan—insyaallah—kami pun tidak jarang mengingatkan teman-teman mahasiswa yang masih aktif untuk berhati-hati dalam menempatkan konjungsi tersebut, lebih-lebih pada tugas-tugas penulisan karya ilmiah makalah misalnya.

Omong-omong lagi, pranala/hyperlinks (beberapa tautan/link) sebagaimana telah disematkan jamak dari jejaring sosial Facebook, ya, terutama dari persona-persona yang kami sebutkan. Mohon dimaklumi, hal ini sebab beliau-beliau juga masih amat aktif mengeposkan banyak hal pada media sosial Mark Elliot Zuckerberg tersebut (alih-alih Instagram, Snapchat, atau bahkan TikTok, yang cenderung digemari para remaja kekinian). Kami pun masih memfaedahi Facebook, apalagi tidak sedikit ikhwan yang berbagi faedah/nasihat keislaman di dalamnya, tetapi memang lebih sering menyapu lini masa Twitter. Eh, Anda pun dapat mengikuti perkembangan umpan terbaru RB melalui Twitter pula, lo.

Entah artikel menarik apa dan dari siapa lagi yang akan diposkan/ditayangkan Pak Ivan di RB, kita tunggu saja pos atau unggahan pada akun Facebook beliau atau lini masa blog RB secara langsung. Artikel-artikel lama pada blog RB pun masih menarik untuk dibaca. Sekali lagi, blog RB ini dikelola oleh Pak Ivan sendiri, jadi sangat dapat diandalkan bagaimana beliau telah melakukan kurasi dengan saksama atas artikel-artikel yang ditayangkan.

Mungkin, bisa saja terjadi, dari membaca-baca artikel di RB, ada inspirasi atau ideasi muncul tiba-tiba dan menggerakkan diri untuk menuliskannya? Adakah di antara Anda yang acap mengirim tulisan ke surat kabar terkemuka dan membicarakan soal kebahasaan? Barangkali, ada tulisan Anda yang telah dimuat di media massa dan dimuatkan Pak Ivan di blog tersebut, mengapa tidak? Kami tunggu tulisan Anda.