Latif Anshori Kurniawan

Mm… Izin Sambut Windows 11 (Pratayang)

Diterbitkan pada dalam Blog.

Sesekali sempat pernah menyampaikan gumaman canda kepada teman-teman lama melalui pesan suara (voice notes) dalam grup WhatsApp (WA) riang gembira: “Mungkin kami tertarik menggunakan Windows 11.” Tidak pelak, tidak sedikit yang menyangsikan bahwa hal itu akan terealisasi, mengingat bertahun-tahun kami mengampanyekan penggunaan perangkat lunak (software) yang dikembangkan dan didistribusikan secara terbuka (open-source). Butuh beberapa bukti agar mereka percaya, tetapi lagi-lagi label “anti-Windows” seakan telah melekat pada kami–masyaallah, hihihi.

Kalau mendapati aspek historis terdahulu (sila tengok laman “BSD-Linux”), ya, berupaya jujur di sana–insyaallah, memang penandasan sistem terbukalah yang kami gunakan dalam keseharian. Namun, sekali lagi, kebutuhan atas sistem terbuka tersebut, di samping fungsionalitas penunjang aktivitas profesionalisme, adalah untuk belajar. Dengan sistem terbuka, kita dapat belajar lebih, terutamanya lebih nyaman untuk dibagikan pengalaman menggunakannya alih-alih sistem tertutup. Windows, salah satu sistem operasi komputer populer di Indonesia, merupakan sistem tertutup.

Berkali lagi, bukan berarti kami membenci Windows. Kami pun sempat pernah punya cita memasang sistem operasi yang telah menginjak versi 11 ini di atas mesin lawas MacBook Pro. Di komunitas sumber-terbuka sendiri, dan kami berupaya atas yang akan kami nyatakan, selama digunakan dalam kondisi legal (membeli lisensi genuine-nya, termasuk untuk Office dan perangkat lunak komersial lainnya), sangat tidak masalah. Elok memang menggunakan segala sesuatunya secara legal, mengikuti hukum yang berlaku. Menggunakan software legal, insyaallah Diberkahi-Nya. Kita elok apresiasi dan hargai effort yang dilakukan dan penuhi hak-hak (rights) perusahaan yang bermarkas di Redmond (Washington, Amerika Serikat) tersebut.

Tiada perang apa pun dengan Microsoft–masyaallah. Di bawah kepemimpinan Satya Nadella beberapa waktu terakhir, atas Izin-Nya, perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates dan Paul Allen ini makin moncer. Salah satu kedigdayaan Microsoft adalah kemakin-terbukaan mereka dengan mengakomodasi komunitas open-source. Platform GitHub telah mereka akuisisi, fasilitasi Windows Subsystem for Linux (WSL), aplikasi penyunting Visual Studio Code (tersedia untuk banyak platform, termasuk macOS dan Linux) makin populer di kalangan pemrogram dan developer aplikasi sumber-terbuka kekinian, layanan komputasi awan Azure yang makin robust di atas sistem terbuka, dan lainnya.

Pratayang Windows 11 teramat menggoda. Sungguh, kami tidak sedang mencibir. Selaik pemfaedahan sistem operasi lainnya, Windows 11 dapat disambut sewajarnya pula, terutama apresiasi atas pengembangan teknologi canggih Microsoft berikutnya. Salah satunya adalah digadang-gadang dapat menjalankan aplikasi Android secara native melalui toko aplikasi Amazon. Hal ini merupakan loncatan yang cukup normatif, Bill Gates pun pernah membilang bahwa beliau prefer menggunakan Android daripada iOS. “Tahu sama tahu,” bukan? Hehehe.

Tidak setiap perangkat keras (hardware) akan dapat didukung Windows versi terbaru tersebut. Sayangnya, perincian pasti apakah komputer, baik desktop maupun laptop, yang bagaimanakah yang akan didukung oleh Windows 11 ini. Microsoft masih secara global menyampaikan spesifikasi minimum yang dapat didukung, terutama perihal Trusted Platform Module (TPM). Bisa jadi, perangkat andalan modern dan berteknologi tinggi Surface mereka terakomodasi keseluruhan. Teringat Apple yang telah memberikan pernyataan terperinci di awal perihal perangkat Mac mana saja yang akan didukung versi terbaru macOS Monterey secara spesifis. Namun demikian, tampaknya sebagian besar laptop yang masih dapat menjalankan Windows 10 asli dengan lancar dimungkinkan dapat pula menjalankan Windows 11 ini, sekalipun barangkali kurang memenuhi syarat TPM. Wallahu A’lam.

Hal tersebut didapati dari beberapa informasi yang dibagikan warganet di media sosial atas kekompatibelan perangkat mereka untuk dapat dipasang Windows 11 versi pratayang tersebut. Dedoimedo (blog pengulas serba-serbi dunia komputasi, kerap kali seputar distribusi Linux) pun menandaskan hal ini, ia menggunakan laptop yang terbilang kurang terbaru, tetapi masih dapat mencicipi Windows pratayang yang masih dalam tahap pengembangan melalui Insider Program. Masih beberapa bulan lagi akan dirilis final untuk pengguna publik (khalayak umum), tetapi tidak menutup kemungkinan bila Anda ingin menjajalnya. Selama Windows 10 Anda genuine, tiada salahnya untuk mencoba, disilakan.

Biasanya pun kami jamak membahas perihal edisi terbaru macOS ataupun sistem Linux. Hal ini pun sebagai bukti bahwa sepenuhnya kami tidak antipatif atas produk Microsoft, salah satunya yang paling kentara adalah Windows. Sebagaimana yang telah disebutkan, Microsoft sudah teramat gencar di dunia open-source. Tidak mengherankan saat mereka menjadi bagian Platinum member dari Linux Foundation teramat disambut dengan hangat. Selaik Microsoft yang mendukung open-source, kami pun bukan berarti tidak suka mereka. Tidak menggunakan bukan berarti tidak suka, bukan?

Kita lihat nanti, insyaallah, bagaimana kelanjutan dari pengembangan pratayang (preview Dev.) Windows 11 tersebut. Makin menarik bila disandingkan dengan perangkat keras Apple yang ditopang oleh cip M1. Ya, bukan tidak mungkin terjadi–insyaallah, Windows 10 pun dapat berjalan di atas mesin terbaru pabrikan iPhone-iPad tersebut. Di dunia open-source, terlalu terbiasa dengan beberapa sistem operasi yang dijalankan di atas satu mesin perangkat komputasional (desktop, laptop), lebih-lebih divirtualisasi melalui program virtual machine (VM) atau sekadar citra docker. Alih-alih VM, kami prefer menjalankan multi-boot beberapa sistem operasi, misalnya (masih barangkali, nih, hehehe): macOS Monterey, Linux (CentOS, Debian, Slackware), dan Windows 11. Tidak perlu khawatir, kesemua sistem tidak dijalankan sekaligus sehingga cukup menghemat resources perangkat–insyaallah.

Kehadiran Windows 11 akan makin memeriahkan keberadaan sistem operasi populer di dunia. Pengembangan perangkat lunak dan keras makin meningkat, perbendaharaan teknologi kita pun makin maju dan canggih–insyaallah. Teringat pula pengembangan sistem operasi lokal berbasis kernel Linux, selaik BlankOn dan IGOS Nusantara, masih belum memantik minat pengguna di Indonesia, terutama guna difaedahi dalam aktivitas berkomputasi harian. Tentunya mudah-mudahan kita tidak sekadar menjadi pengguna biasa Windows 11 kelak, tetapi dapat pula mendalaminya guna diinspirasi pengembangan sistem operasi lokal tersebut (atau pengembangan baru lainnya).

Semoga makin berlimpah pula pengembangan berkualitas dari segenap putra-putri bangsa di atas sistem Microsoft terbaru tersebut. Alhamdulillah, isu Windows bajakan pun barangkali sudah menipis kekinian, isunya pun berkembang bagaimana pengguna di negeri ini dapat menginisiasi pengembangan teknologi di atas platform tertutup dari Microsoft ini, yang notabene masih menjadi sistem populer desktop rumahan di seluruh penjuru dunia. Omong-omong, adakah Anda ingin mencoba Windows 11 versi pratayang atau menunggu kepastian versi finalnya? Ingin menjajalnya di fisik mesin yang sesungguhnya (native) atau secara virtual? Atau, mencukupkan diri dengan sistem Unix BSD dan/atau Linux yang telah bertahun-tahun digunakan?