Platform Digital Apresiatif bagi Kreator Konten ⭐
Diterbitkan pada dalam Blog.
Kami senang sekali, tidak disengaja, mendapati salah seorang warganet remaja memanfaatkan internet guna terus berkarya, meskipun ia masih berkuliah, bahkan belum memasuki semester pengerjaan skripsi. Barangkali, ia belum begitu dikenal sebagai kreator konten (content creator) di dunia maya. Namanya pun bukanlah influencer yang menghiasi media sosial populer YouTube, Instagram, ataupun TikTok, lebih condong berpartisipasi di balik layar (menjadi sutradara banyak kontennya atau untuk orang lain, masih independen, belum mendirikan agensi sendiri). Barangkali, memiliki akun YouTube, tetapi ia bukanlah YouTuber. Baginya, menjadi YouTuber dan memanfaatkan iklan dari Google AdSense (atau Google AdMob pada mobile ponsel/gawai) guna menuai pundi-pundi adalah “bukan jalan ninja”-nya.
Tidak dimungkiri YouTube menjadi salah satu pemantik ekonomi kreatif di Indonesia. Pernah mendapati kelakar dari sebagian orang: anak-anak muda kini sudah beralih cita-citanya, dari yang sebelumnya berkutat hal-hal formal berubah menjadi: ingin menjadi YouTuber. Namun, antara menjadi kreator konten dan sekadar menjadi YouTuber, tentu dua hal yang berbeda, bukan? Kreator konten berfokus pada wujud/rupa konten (informasi) yang diproduksi, apakah dalam rupa kata-kata (tulisan)—sebagaimana yang jamak difaedahi narablog ternama, mendesain citra gambar atau infografis, mengambil foto-video pemandangan alam (yang tanpa filter aplikasi pengolah foto/video pun sudah teramat ciamik bila pas momentumnya), bahkan aplikasi yang mengandung gamifikasi edukatif untuk segala usia pun dapat dimungkinkan.
Menjadi kreator konten masih teramat menarik dan menjanjikan bagi sebagian anak muda Tanah Air. Sampai-sampai, Quipper Campus secara spesifis menyajikan karier untuk tren profesi ini. Tidak dinyana, dunia akademik pun tidak abai soal ini. Mau tidak mau, lantaran media sosial yang menggejala selaik dewasa ini, mahasiswa pun perlu mengetahui peranan mereka ke depan. Banyak saluran yang dapat dimasuki meskipun kini sudah berjejal, salah satunya menjadi kreator konten. Menjadi seorang kreator pun (meminjam kalam Lord Adi MCI-8) gampang-gampang mudah. Bagaimana seseorang perlu teramat fokus atas hal ini. Barangkali, ia perlu melek tren, tetapi dapat mengendalikan FOMO diri. Oleh karena itu, tidak jarang, tokoh-tokoh besar nasional menghadirkan manajer pribadi untuk fokus meng-handle pelbagai kontennya di banyak platform alih-alih dikerjakan secara mandiri (seorang diri)—yang tentu telah bejibun padat aktivitas.
Bekal untuk menjadi kreator pun tidak sembarangan. Ia perlu menguasai bagaimana konten menjadi menarik bagi target audiens (yang tentu saja tidak semua orang, tidak semua umur) dari ide-ide kreatif berdasar pengamatan/riset di lapangan, mengelola strategi penjenamaannya (branding) dengan pelbagai jurus narasi komunikatif dan serba-serbi pengiklanannya (konten yang berkualitas tinggi sekalipun tetap perlu diperkenalkan kepada khalayak, bukan? syukur tersedia program afiliasi bagi pengunjung/pengguna biasa), pemanfaatan pelbagai tools (yang memaksimalkan tagar/hashtags, di samping bawaan platform yang mewadahi konten) dan optimasi mesin pencari (search engine optimization/SEO), kolaborasi dengan kreator lain (juga audiens, tidak tabu dengan interaksi berlebih [sebagai responsi purnajual] bersama mereka atau bahkan menawarkan tantangan/challenge positif) dan brands yang selaras dengan visi, serta hal-hal renik (bahkan nyaris tidak tampak) lainnya (di antaranya: ketokohon/kefiguran/sosok internal-eksternal, values yang melekat pada individu atau organisasi, segenap partner yang terlibat, dan lain-lain).
Sebagai kreator, seseorang dapat memanfaatkan platform-platform yang “sangat menghargai” (apresiatif) atas karya yang dikreasikan. Sebab berfokus pada mutu konten, lebih luas cakupan pengenalan karyanya kepada khalayak ramai (tidak sekadar terpenjara pada satu platform). Kalau sekadar YouTuber, barangkali memang sekadar memfaedahi platform perusahaan subsidiari Google tersebut (tim di balik platform berbagi video ini pun tidak letih berbagi banyak hal, terutama pelbagai nasihat untuk segenap naravlog). Begitu pula untuk Instagram (selebgram), Snapchat (Snapchatter), TikTok (TikToker), dan lain-lain. Sebab berlimpah platform, tentu dapat memaksimalkan keseluruhan platform yang ada sehingga dapat berfokus pada kualitas konten, bagaimana strategi pendistribusiannya, dan repeat (mempertahankan konsistensi untuk bertahan dan terus bertumbuh—berhasrat belajar hal-hal baru).
Alih-alih sekadar mendulang iklan dan endorsement (barangkali tidak setiap orang meminati hal ini), tidak sedikit orang lebih tertarik memanfaatkan platform yang “mendukung” semangat berkreasi secara total (kalau tidak boleh dikata: yang dapat mendukung idealismenya). Seseorang dapat membuat sesuatu, kemudian ditawarkan kepada yang lain guna dihargai (kalau tidak boleh dikatakan dikomersialkan). Ia memfoto, kemudian foto tersebut diunggah, ditayangkan (sebagai portofolio sekaligus ditawarkan) di platform populer berbagi foto, salah satu misalnya: Unsplash. Ia menggambar atau melukis lanskap, kemudian ditawarkan kepada khalayak, bahkan salah satu karya gambarnya pun digadang-gadang dapat lebih bernilai sebagai aset kripto NFT.
Bagi Anda yang meminati dunia tulis-menulis pun, terdapat wadah kepenulisan yang begitu berlimpah. Iya, bisa jadi banyak orang meminati tulisan Anda. Barangkali, tidak melanggani cerpen-cerpen yang diangkat dari kisah nyata Anda yang dipublikasikan di Wattpad. Justru dapat bermula dari hal yang acap terlewat, tidak sedikit orang menyukai penulis berdasar gaya bertutur penulis tersebut. Terlepas seberapa banyak kuantitas karya tulisannya, ada sebagian orang tertarik penulis yang menyampaikan sesuatu dengan kerenyahannya yang khas, diksi-diksi yang ringan dan tetap padat, atau sekadar: asyik saja saat dibaca. Tidak jarang orang-orang yang dapat berkisah apik melalui medium tulis didapuk sebagai copywriter.
Selain berbagi kisah secara tertulis, ada juga kreator yang melayani jasa menerjemahkan (atau mengalihbahasakan) tulisan-tulisan dari klien yang membutuhkan jasanya secara lepas (freelance). Padahal, mungkin saja alat bantu yang acap digunakannya sekadar layanan Google Translate alih-alih Grammarly. Well, tidak masalah, selama masih halal, banyak hal dapat di-monetisasi. Masyaallah, alhamdulillah, cukup mengandalkan teknologi internet dan beberapa layanan penunjang yang jamak masih gratis tersedia dapat difaedahi dengan leluasa. Kalau menjadi kreator ini dilakukan teman-teman mahasiswa/santri sejak sebelum lulus kuliah, barangkali ia telah meniti/memupuk portofolio kemajuan untuk dirinya ke depan. Tiada yang sia-sia di dunia ini. Atas Izin-Nya, semua peroleh porsi selaras dengan yang diniatkan dan diupayakan (semoga Allah senantiasa Memudahkan segala langkah baik yang kita tempuh—amin).
Dari hal-hal sederhana, seseorang dapat membuat sesuatu (sebuah produk, sebuah karya). Kemudian, ditawarkan kepada orang-orang yang meminati. Baik produk maupun jasa, insyaallah, dapat ditawarkan. Tidak jarang, kalau sedang kepepet, banyak barang dapat dijual, banyak jasa dapat ditawarkan, sekalipun door-to-door. Sebagai tenaga lepas (freelancer) dengan memanfaatkan internet guna berbisnis (salah satunya dengan menjual jasa kepada para calon klien dan klien tetap) menjadi sebuah kelaziman yang telah bergulir sejak lebih dari satu dekade lampau—masyaallah. Kami belajar banyak dan berterima kasih sangat dengan Ruang Freelance, tempat mengenal para suhu yang penuh inspirasi, yang kiprah beliau-beliau masih mudah didapati hingga kini.
Atas Izin-Nya, waktu pun memang lebih fleksibel sebagai freelancer. Tidak mudah menjadi pekerja lepas, mengingat manajemen diri (terlebih waktu) yang baik (dan tentu saja: elegan) adalah salah satu kunci ikhtiar yang tidak dapat diabaikan sedikit pun. Baik menjadi kreator konten maupun pekerja lepas, apa pun itu, dengan memfaedahi internet, agaknya tidak ada alasan lagi bagi seorang pemuda berpangku tangan. Ia mesti bergerak dan memfaedahinya secara maksimal (dan tetap dapat selaras dengan koridor yang berlaku—insyaallah). Mendapati kisah content creator atau freelancer ternama (tentu dengan rekam jejak yang tidak dapat dikatakan instan), barangkali diawali dengan: bukanlah cita-cita mereka sejak awal, lebih-lebih berkeinginan menjadi influencer (atau bahkan selebgram) di dunia maya.
Walaupun masih bertenaga lepas (independen melalui platform yang ada) ataupun menjadi bagian dari tim usaha orang lain, secara tidak langsung, pekerjaan sebagai kreator konten dapat diidentifikasi sebagai bagian dari pengejawantahan prinsip-prinsip entrepreneurship. Hal ini karena seorang kinerja seorang kreator terdorong untuk dapat superinisiatif-proaktif, berkenan beradaptasi atas proyeksi beberapa hal yang kiranya dapat dimonetisasi dalam rupa yang tidak stagnan—masyaallah. Kekinian, mudah didapati para remaja atau mahasiswa/santri yang masih bersekolah/berkuliah, yang masih memiliki kewajiban dan tanggung jawab pribadi atas studinya, tetapi sudah berani berbuat lebih sebagai kreator konten. Menjadi siswa/mahasiswa/santri teladan, fokus studi, dan/atau lulus tepat pada waktunya, barangkali merupakan harapan setiap insan. Namun, tidak ada yang melarang, bukan, bila segenap remaja dan pemuda tetap berprestasi akademik dan juga sekaligus dapat berdikari (tidak sepenuhnya bergantung pada keluarga). Luar biasa! ?
Tidak menafikan bahwa sebagai siswa/mahasiswa masih merasa seolah menjadi “beban keluarga” (tidak dapat lepas dari sokongan orang tua atau keluarga). Tidak perlu malu dan tidak perlu gengsi, sangat lumrah adanya, orang tua dan keluarga akan senantiasa mendukung kita, apa pun bentuknya (salah satunya tentu berupa doa-doa terbaik mereka). Jangan pernah sedikit pun melupakan orang tua dan keluarga, hal ini sebab bisa jadi kita sudah sampai sejauh ini adalah sebab doa-doa baik beliau-beliau semua. Sama sekali kurang elok mengatakan, “Ini adalah hasil jerih payah saya sendiri,” yang tanpa melibatkan ortu-keluarga dan pelbagai takdir-Nya yang menghebatkan kita hingga akhir.
Menjadi remaja/pemuda yang tidak letih berproses dengan segudang aktivitas yang kiranya dapat mem-push dirinya menjadi lebih baik daripada sebelumnya adalah lebih baik daripada sekadar berdiam diri. Banyak cita (dreams) yang ingin digapai, tidak sedikit sebatas bernuansa duniawi. Tidak masalah, selama masih halal dan baik (tidak melanggar hukum agama dan negara), sila berikhtiar guna mewujudkannya. Kadang kala, kita mencitakan sesuatu, tetapi tetap mesti realistis dan selaras dengan kapasitas diri. Alhamdulillah, apa pun citanya, selama masih Diizinkan-Nya memaslahati teknologi internet, siapa pun berhak meningkatkan/mengembangkan kualitas diri ke arah lebih baik. Siapa saja berhak untuk mengekspresikan dan mengeluarkan energi daya kreativitas yang beraneka rupa untuk diimplementasikan dalam karya-karya. Dengan kata lain, sembari menyelam, minum air. Salah satunya adalah sebagai kreator konten.
Ternyata, dari waktu ke waktu, keberadaan kreator konten makin menggejala dan teramat diperhitungkan. Tidak sedikit kalangan yang menyediakan fasilitasi dalam rupa platform guna mewadahi segenap kreator untuk tetap berkarya. Tersebutlah seperti Karyakarsa, Trakteer.id, Tribe (dari SociaBuzz), gokreator, Saweria, dan lain-lain, platform-platform yang mengakomodasi kreator konten lokal guna terus produktif berkreasi, menampung siapa pun (nyaris dari segala usia, termasuk bila sudah lansia sekalipun). Siapa pun dapat menjadi bagian dari pelbagai platform apresiator kreator konten lokal tersebut. Siapa pun dapat terus berkarya, dan memperoleh apresiasi atas karyanya secara langsung.
Hal tersebut tentu berbeda bila sekadar membuat konten untuk media sosial, yang sepanjang waktu sekadar berfokus pada platform media sosial yang ada, tetapi terlupa dengan konten yang genuine dan khas dari diri sendiri. Alhamdulillah, kita patut bersyukur berlebih (salah satunya) atas kehadiran platform yang menampung bejibun kreator asli dari/di Indonesia tersebut (salah satunya Karyakarsa–terima kasih kepada Pak Ario S. Tamat, co-founder, dan segenap tim Karyakarsa lainnya). Masyaallah, segenap kreator lokal bersuka cita atas kemunculan platform apresiator dari startup lokal ini. Tidak dimungkiri, sampai-sampai ada yang melabeli Karyakarsa sebagai “Patreon rasa lokal”.
Kalau dari layanan internasional, segenap kreator di dunia maya tentu kita tidak asing dengan Patreon, Buy Me a Coffee, Ko-fi, Flattr, Liberapay (populer di kalangan pegiat atau komunitas open-source, tidak kalah serupa dengan Open Collective), SubscribeStar, Memberful (serupa: MemberMouse, Restrict Content Pro, atau lainnya), Steady, Tipeee, Gumroad, dan banyak lainnya. Khusus siaran langsung (live-streaming), barangkali dapat memfaedahi: Twitch, Streamlabs, Pledge, BoxCast, dan lain-lain (yang jamak telah terbiasa dengan tools populer: OBS Studio, Lightstream, Watson Media [dari IBM], XSplit, FFsplit, dan lainnya). Beberapa di antaranya juga menawarkan program untuk kreator yang memantik kreativitas berlebih sang kreator dengan mengkreasi layanan di dalam platform tersebut, di antaranya (misalnya): Hy.page (melayani pumpunan tautan seperti Linktr.ee dan tawaran menu yang tidak kalah menarik lainnya), Heights Platform (mengakomodasi kreasi platform pemelajaran/kursus), Tribe (mewujudkan layanan purna jual dalam bentuk komunitas yang terhubung dengan bisnis), Podia (berkait webinar, keanggotaan, dan lainnya, yang dapat ditawarkan kepada pengguna lain; layanan serupa: Zipsell), serta berlimpah ruah lainnya.
Ada pula program urun dana (crowdfunding) untuk enterpreneur pemula yang mengkreasi sesuatu, tetapi masih terkendala dana, dapat memaslahati Kickstarter, Indiegogo, GoFundMe, Crowdfunder, Crowdcube, iFundWomen (khusus founder wanita), Wefunder, Fundable, Fundly, SeedInvest, Republic, CircleUp, Funding Circle, dan lain-lain. Kita tentu teramat bersyukur dengan hadiah-Nya berupa teknologi internet. Betapa berlimpah layanan yang kiranya dapat kita faedahi guna berdonasi dan memantik empati sosial bersama, seperti: Kitabisa.com (platform berdonasi untuk pelbagai banyak bidang; ada yang membilang sebagai “Kickstarter ala Indonesia”), WeCare.id (terkhusus dalam bidang medis dan/atau medikasi), FundMyTravel (khusus perjalanan/trip/traveling), Mightycause, Kiva, Experiment (khusus penelitian ilmiah), serta beberapa lainnya.
Well, Google is Your Friend (GIYF). Google pun memandu setiap kreator konten di platform mereka, sekalipun untuk keperluan monetisasi sehingga ber-benefit bagi kreator atau bahkan sekadar pengguna. Facebook pun demikian, tidak terkecuali Anchor (yang mengakomodasi para pendengar siniar/podcast guna mendukung kreator siniar). Kalau terbilang gemar tulis-menulis, alih-alih mengkreasi blog pribadi dan menayangkan iklan, barangkali dapat memfaedahi layanan Substack, platform yang mewadahi tulisan Anda dan dapat diapresiasi orang lain dengan dolar secara langsung. Ada kala, barangkali kita memang belum siap dengan konten, sekadar pengguna biasa, masih merintis guna mengumpulkan pundi-pundi modal dan bahan kreasi konten sendiri sembari mempelajari tool–tool desain dan membekali diri dengan pengetahuan digital-marketing yang dibutuhkan.
Hey, masih tersedia ribuan program afiliasi (Amazon Affiliate Program, eBay Partner Network, AliExpress Portals, CJ Affiliate, ShareASale, ClickBank, dan bejibun lainnya) atau pelbagai program Pay-Per-Click yang dapat dimanfaatkan, bukan? Dapat pula langsung memfaedahi layanan lokapasar lokal populer dengan menjual produk-produk, misalnya sekalipun barang second/preloved yang barangkali masih dapat bermanfaat bagi orang lain. Dapat pula membeli barang dan satu lokapasar, kemudian menjualkannya kembali dengan jenama (brand) toko sendiri, sekalipun di dalam platform yang sama. Kadang kala, kita pun memerlukan akun PayPal guna mengakomodasi pengiriman dan/atau penerimaan uang multinasional saat jual-beli yang terjadi sudah mulai membesar. Atau, ingin sekadar mengumpulkan recehan dari dunia maya? Lagi-lagi, GIYF!
Coda
Tidak dimungkiri bahwa terlalu berlimpah ruah hal dapat difaedahi dari dunia maya. Ada yang halal, ada pula yang masih tampak samar. Semua bergantung pada komitmen dan tanggung jawab pada tiap diri kita–dengan pelbagai risikonya. Salah satu yang teramat realistis dilakukan adalah memanfaatkan lokapasar guna mengenalkan produk dan jasa, yang tidak sedikit orang memaslahati (melakukan online-shopping melalui) platform mobile. Dengan kata lain, medium ponsel/gawai masih menjadi marketshare yang teramat menarik ke depan–insyaallah.
Alih-alih memfaedahi medium tersebut guna mengkreasi konten, tidak sedikit kalangan lebih memilih mengembangkan suatu produk yang disebut aplikasi (mobile app). App Store (Apple) dan Play Store (Google) barangkali dapat dimanfaatkan sedemikian rupa. Dua toko aplikasi ini sering kali menjadi ruang tolok ukur tersendiri bagi pengembang perangkat lunak mobile, di samping dikembangkan pula aplikasi web (web app) yang nyaris lebih cross-platform (lintas platform–tidak berbatas pada sistem iOS/iPadOS/macOS dan Android/Chrome OS, tetapi juga distribusi Linux dan lainnya). Kalaupun mengembangkan sebuah aplikasi membutuhkan effort yang tidak ringan dan tidak sebentar (sebab barangkali memerlukan masa sekian waktu guna memahami bahasa pemrograman dan pernak-pernik kitnya), masih ada alternatif di luar mengkreasi aplikasi.
Perusahaan sekelas Facebook pun berkenan berbagi. Melalui opsi berlangganan dan bagi hasil penjualan, Facebook menawarkan program monetisasi bagi pengguna. Win-win solution, pengguna tetap senang, Facebook pun masih tetap untung (di luar program pengiklanannya). Terdapat pula Twitch yang membantu penggunanya guna memonetisasi konten melalui program donasi. Spotify pun mengizinkan kreator guna melanggani konten siniar mereka), tidak terlupa Clubhouse (melalui fitur pembayaran langsung untuk kreator), Substack (dengan berbagi konten tulisan berkualitas), Kindle Vella (Amazon), bahkan (paltform permainan) Itch.io, serta banyak lainnya. Masyaallah, pilihlah yang terbaik untuk diri Anda, lebih-lebih dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang selaras dengan syariat–alhamdulillah atas nikmat iman yang Dianugerahkan-Nya.
Disclaimer (Penyangkalan) ?
Sebagai disclaimer, sebagaimana yang telah disebutkan pada laman Ihwal blog ini, segala tautan eksternal yang tersaji pada blog ini (terkhusus pada pos tulisan ini) tidak berafiliasi dengan kami, selaku pengelola atau narablog Latif.id. Sekali lagi, blog kami ini merupakan blog pribadi nirlaba/nonprofit sehingga kami tidak mengambil keuntungan finansial sama sekali atas segala pos/tulisan yang ditayangkan. Jamak pranala pada pos ini mengarahkan Anda ke luar blog ini. Oleh karena itu, dimohon bijak ketika meramban. Blog kami ini sekadar blog pribadi yang berbatas sekadar menginformasikan (blog informatif), sepenuhnya tindak lanjut nyata dari pembaca/pengunjung menjadi tanggung jawab pribadi tiap pribadi.
Beberapa tautan mengarahkan Anda ke platform yang memfasilitasi pemerolehan pundi-pundi pemasukan secara digital, dengan model bisnis yang beragam. Tentu elok dibaca dan dicermati terlebih dahulu serbaneka ketentuan atau peraturan yang diberlakukan, segala plus-minusnya (kelebihan dan kekurangannya), ataupun bagaimana impak di kemudian hari. Terutama bagi tiap individu yang bertumbuh-kembang dengan nilai-nilai agama dan keluarga yang menjadi prinsip berkehidupan yang telah teramat lekat dari waktu ke waktu. Sekali lagi, di kehidupan ini, semua hal memiliki risiko yang teramat bervariatif. Alangkah elok, berdasar risiko yang ada, pilihlah risiko terbaik yang selaras dengan nilai dan norma berkehidupan Anda pribadi, lebih-lebih di tengah keluarga dan masyarakat sekitar.
Semua hal, masyaallah, tentu saja, dapat terjadi atas Izin-Nya. Dimohon meriset banyak hal terlebih dahulu, terlebih bila ingin memfaedahi platform yang ada (terutama yang berada di luar Indonesia) sebelum mengambil pelbagai putusan. Putusan mengeklik ataupun melakukan aktivitas apa pun di dunia maya ini adalah, sejatinya, merupakan tanggung jawab tiap pribadi individu. Dimohon senantiasa mengedepankan sikap bijak, tenang, dan penuh kehati-hatian dalam beraktivitas dan dalam menghadapi segala sesuatunya. Senantiasalah memohon perlindungan dan keselamatan kepada-Nya semata.
Wallahualam bissawab. Semoga berfaedah! Selamat belajar menjadi kreator konten! Selamat berkarya! ?