Sesaat Bersama Ubuntu ‘Jammy Jellyfish’
Diterbitkan pada dalam Blog.
Sebagaimana telah disebutkan pada beberapa pos dan laman blog ini, sejatinya, (sekalipun kami pengguna Linux, tetapi) Ubuntu belum menjadi keluarga berkomputasi kami. Slackware dan keluarga sistem berpaket RPM-based masih lebih familiar daripada sistem dari perusahaan Canonical yang berbasis di Inggris tersebut. Tidak jauh dengan Debian, yang justru kami kenal ketika mencoba distribusi Linux lokal BlankOn beberapa tahun lampau (adakah Anda yang masih menggunakan BlankOn?). Pada pos sebelumnya, disebutkan bahwa KDE neon (rebase Ubuntu 22.04 LTS “Jammy Jellyfish” dengan lingkungan desktop KDE terbaru) dan Q4OS (berbasis Debian “Bullseye” ber-KDE terstabil) menjadi pertimbangan kami guna mengamankan perangkat MBP-5.3 2009 lawas kami. Kali ini, kami memutuskan sedikit berfokus untuk perangkat ini dengan sistem populer Ubuntu LTS terakhir pada tahun 2022 kemarin.
Alhamdulillah, Ubuntu Jammy terbilang smooth. Desktop GNOME nomor 43-nya masih dapat ter-handle dengan baik oleh MBP kami tersebut. Ia hanya mengonsumsi resources memori berlebih ketika peramban web Firefox dibuka. Alhamdulillah, Firefox terkini (dari pemaketan Snap) dapat mengover salah satu layanan video-on-demand populer asing. Padahal, di Catalina, dengan Firefox versi serupa, terjadi galat saat mengaksesnya. Ya, Firefox terbaru di Ubuntu ini teramat ringan daripada di Catalina. Kami bersyukur dengan Firefox versi snap Ubuntu ini, padahal sebagian pengguna lebih merekomendasikan versi flatpak yang dirasa lebih ringan. Bisa jadi ber-Firefox flatpak di Fedora, tidak masalah dengan snap di Ubuntu—insyaallah.
Ber-Ubuntu LTS ini mengingatkan kami pada Mint terkini. Mint dengan desktop Cinnamon terakhir pun barangkali dirasa lebih ringan daripada Fedora versi spin Cinnamon. Mint, sejatinya, tidak seberat Ubuntu ini, tetapi barangkali Ubuntu ini masih terbilang lebih nyaman daripada tidak sama sekali. Pascapasang Ubuntu, googling perihal Ubuntu after-install adalah salah satu kata kunci yang nyaris jamak pengguna tidak lewatkan—insyaallah. Berikut beberapa baris perintah yang kami faedahi di Ubuntu kali ini (yang dengan mudah pula Anda dapati di belantara maya).
- sudo apt update
Baris perintah ini merupakan langkah wajib awal setelah sistem terpasang sedemikian rupa. Segera lakukan pembaruan (update) sistem, bisa jadi telah terdapat hal-hal diperbarui dari tim pengembang. - sudo apt upgrade
Lakukan ini bila memang sistem perlu ditingkatkan versinya. Jarang digunakan, tetapi tidak ada salahnya diperiksa. - sudo nano /etc/gdm3/custom.conf
Sebab Wayland masih belum mendukung dengan baik MBP ini, kita perlu mengeset dukungan fitur desktop X11 yang lebih familiar dan ringan. - sudo dpkg –list
Kami perlu memeriksa beberapa perangkat aplikasi yang telah terinstal, termasuk memeriksa beberapa gim bawaan yang telah terpasang. Ini dilakukan guna menyenaraikan sedemikian rupa program mana saja (terutama program/aplikasi/gim/ yang barangkali tidak digunakan) yang perlu dilepas (uninstall). Sebagai contoh, apabila kita ingin mendapati citra kernel Linux versi berapa yang telah terpasang di sistem, cukup menambahkan linux-image: sudo dpkg –list ‘linux-image*’. - sudo apt purge –remove thunderbird
Pada dasarnya, ini tergolong perintah lawas untuk melepas paket program/aplikasi, dan tetap masih dapat dijalankan bile memang diperlukan. Oh iya, kami prefer tidak menggunakan aplikasi klien pengakses surel semacam Thunderbird atau selainnya. Masih lebih nyaman menggunakan peramban secara manual. Sebagai penafian, ini sekadar contoh (bukan tindakan rekomendatif), Anda pun dapat melepas program/aplikasi lain. Varian baris perintah lain, cukup dengan mengandalkan remove: sudo apt remove linux-image-5.19.0-40-generic linux-image-unsigned-5.19.0-40-generic (sebagai contoh). - sudo apt autoremove
Dianjurkan, ketika kita telah melepas beberapa hal, barangkali terdapat beberapa pustaka/modul/plugin dukungan yang masih tersisa. Lebih terperinci lagi, terutama untuk membersihkan cache, kita dapat mengeksekusi sudo du -sh /var/cache/apt, sudo du -sh ~/.cache/thumbnails, sudo rm -rf ~/.cache/thumbnails/*, lalu sudo apt clean. - gsettings set org.gnome.shell.extensions.dash-to-dock click-action ‘minimize’
Command yang cukup panjang ini masih saja direkomendasikan oleh pehobi Ubuntu atau Linux di desktop GNOME. GNOME, secara asali, tidak mengeset ini sejak awal, tetapi jamak penggunanya (sebenarnya) menghendaki fitur ini. Jamak kita masih terbawa suasana di macOS atau Windows bahwa untuk me-minimize cukup dengan mengeklik ikon aplikasi yang telah terbuka, bukan? - sudo apt install caffeine
Teringatkah Anda pada aplikasi utilitas Amphetamine untuk macOS, yang membuat sistem Anda terjaga lebih lama dan mencegah layar ter-dim dan terkunci otomatis? Alhamdulillah, di Linux, kita dapat memfaedahi Caffeine. Dengan demikian, kita pun tidak perlu memainkan audio atau video guna membuat sistem terjaga. - sudo apt install ubuntu-restricted-extras
Bagi pengguna Ubuntu, ini merupakan salah satu hal yang juga tidak terlewatkan, insyaallah, sebab perlu beberapa tambahan dukungan program untuk mendukung sistem kita meng-handle beberapa berkas multimedia.
Sementara ini, beberapa baris perintah tersebut yang, menurut hemat kami, mesti dipasang di Ubuntu setelah instalasi fresh-nya. Pos ini pun sekadar sebagai catatan pengingat kami pribadi. Untuk beberapa hal lain, misalnya memasang pelbagai aplikasi ini-itu ataupun lainnya, banyak cara dapat dilakukan, tutorialnya pun berlimpah di dunia maya. Memasang aplikasi melalui Ubuntu Software Centre pun mencukupi. Sebab open-source, Anda pun dapat mengonfigurasi Ubuntu kita selaras dengan selera. Salah satunya, apabila GNOME masih juga dirasa berat, alih-alih memaslahati Ubuntu MATE, kita pun dapat memasang memasang desktop MATE secara manual.
Flavour Ubuntu LTS berlingkungan desktop MATE, yakni Ubuntu MATE, secara resmi, didukung oleh Canonical sampai dengan 2025 (bahkan dikabarkan ditingkatkan hingga 2027 untuk dukungan security-nya). Sementara itu, untuk Ubuntu asli-asali (ber-GNOME), didukung hingga 2027 (dan beberapa tahun setelahnya untuk dukungan security, lebih-lebih berlangganan Ubuntu Pro—masih gratis untuk 5 mesin yang didaftarkan). Oleh karena itu, ketika kita memasang Ubuntu LTS asali dengan GNOME, lalu menambahkan desktop MATE, sistem kita dimungkinkan memperoleh dukungan perusahaan yang didirikan Mark Shuttleworth tersebut barangkali selaras dengan sistem basis awal ketika diinstal. Risiko dari memasang MATE di atas Ubuntu orisinal tentu berkait dengan bloat-apps GNOME-MATE sekaligus, yang barangkali perlu dilepas beberapa di antaranya yang kiranya kurang terpakai secara maksimal. Insyaallah, wallahualam.
Ubuntu yang terpasang sempat memperoleh update yang cukup signifikan, terutama memperoleh dukungan kernel Linux yang lebih baru (masih versi stabil untuk Ubuntu LTS ini, sekalipun bukan versi kernel terkini). Masyaallah, tanpa memperbarui GRUB Ubuntu, kernel ter-update secara otomatis setelah dilakukan pembaruan dan peningkatan sistem. Alhamdulillah, sementara waktu, kami ber-Ubuntu ini meskipun masih terdapat masalah kecil. Qadarullah, ketika NVRAM/PRAM di-reset (dengan kombinasi tombol option, command, P, dan R ketika laptop dinyalakan pada sesi prabut), ikon EFI Ubuntu yang bersanding dengan ikon but El Capitan dan lainnya lenyap.
Lain hal dengan Ubuntu MATE. Pascapasang pertama kali, setelah but ulang, kita dihadapkan dengan tampilan GRUB yang langsung mengantarkan ke sesi but salah satu flavour populer Ubuntu ini. Sayangnya, ketika kita melakukan reboot, lalu menekan tombol [Option] untuk memilih sistem yang terpasang di Mac kita, tiada EFI but Ubuntu MATE yang terlalui, ikonnya pun lenyap. Terdapat pelbagai rupa jalan keluar solutif guna mengeksistensikan-nya kembali. Namun, lebih praktis dan simpel bagi kami untuk menyandingkan-nya dengan Fedora MATE terkini, baik ber-Ubuntu orisinal maupun Ubuntu MATE. Alhamdulillah, partisi Ubuntu dengan kernel terbaru terbaca, dan kami pun lanjut bereksplorasi di distribusi Linux populer ini (yang kami cukup terlambat memfaedahinya).
Masih terngiang dalam ingatan kami beberapa tahun lampau. Rekan-rekan pegiat Linux dan open-source menekankan selaik apa yang diimplementasikan Pak Onno W. Purbo (salah satu begawan teknologi informasi, sekaligus senior hacker dan penggawan di komunitas open-source Tanah Air). Pak Onno dan teman-teman menandaskan bahwa beliau-beliau menggunakan hanya Ubuntu di atas perangkat komputasi yang digunakan. Untuk sistem lain, dijalankan secara virtual di atas sistem Ubuntu yang telah terpasang. Rasanya, memang sudah saatnya memutuskan untuk berfokus pada satu sistem yang memang jamak digunakan. Minimal sekali, paling tidak, memang masih dapat berjalan di atas perangkat yang kita miliki. Well, apa pun distribusi Linux yang digunakan, semoga (atas Izin-Nya) tetap dapat membelajarkan dan teramat berfaedah bagi kita (semoga Allah Memberkahi kita—amin). Terima kasih telah membaca!