Berkhalwat dengan Jumat
Diterbitkan pada dalam Blog.
Bismillah.
Hari Jumat adalah hari berbarakah setiap pekannya bagi seluruh kaum Muslimin. Ia adalah hari Raya pekanan kita sebagai hari yang membahagiakan. Sejatinya, semua hari adalah sama baiknya, tetapi Jumat ditekankan keberkahan dari-Nya.
Banyak fadhilah (keutamaan) yang dianjurkan untuk dilakukan di hari Jumat. Akan tetapi, pada kesempatan kali ini, lantaran keterbatasan ilmu saya juga, akan disampaikan beberapa sedikit di antaranya. Mohon dikoreksi dan/ atau diberi masukan atau tambahan beberapa hal lain-lainnya.
Mandi Jumat
Sebelum berangkat ke masjid terdekat atau terdapati untuk melaksanakah ibadah shalat Jumat, alangkah eloknya, sebagai Muslim yang baik, kita mempersiapkan diri dengan baik pula. Salah satunya dengan mandi sebagaimana layaknya mandi besar.
Manfaatnya tentu besar sekali. Selain badan pun menjadi segar dan harum mewangi lantaran kesungguhan mandi yang kita lakukan, insya Allah, ketika menyimak khatib menyampaikan khutbah, kita tidak akan mudah tertidur, kecuali memang kondisi badan kurang memungkinkan disebabkan pelbagai banyak faktor.
Tidak lupa, selain mandi, membersihkan anggota badan lainnya yang perlu dibersihkan. Salah satunya adalah memperhatikan kuku-kuku jari-jemari tangan dan kaki yang beranjak memanjang. Potonglah mereka agar lebih total badan kita bersiap untuk beribadah Jumat.
Menikmati Perjalanan Menuju Tempat Peribadatan Jumat
Berjalanlah dengan anggun menuju masjid tempat diselenggarakannya ibadah shalat Jumat. Nikmati perjalanannya sedemikian rupa. Tidak lupa zikir dan wirid yang menyertainya.
Untuk menenangkan hati, ada tips untuk hal ini, yakni: kira-kira jam telah menunjukkan pukul 10.00, bersegeralah memalingkan aktivitas yang sedang dijalani agar lebih fokus pada mendekati masjid yang akan dituju untuk shalat Jumat. Persiapan itu memakan waktu kira-kira 1 (satu) jam lebih sebelum shalat Jumat dihelat, waktu yang sangat cukup untuk menikmati perjalanan menuju masjid terdekat.
Faidahnya, ketika kita tidak terburu melangkahkan kaki ke masjid, kita tidak berkeringat setelah tadi mandi Jumat sehingga aroma wangi sehabis mandi masih melekat di badan kita. Hal itu tentu bakal tidak mengganggu aktivitas ibadah kita dan orang-orang terdekat kita.
Menempati Shaf Pertama
Tidak hanya sebagaimana disebutkan di atas, karena kita telah mempersiapkan diri untuk bersegera ke masjid, kita bisa lebih tenang menempati shaf-shaf (barisan) paling depan (sangat disukai dan dianjurkan untuk menempatkan diri pada shaf pertama). Salah satu di antaranya faidahnya adalah kita lebih jelas mendengarkan khutbah.
Duduk dengan Penuh Kedamaian Menanti Waktu Shalat Jumat
Setibanya di masjid, bersegera menunaikan ibadah-ibadah Sunnah. Dari Shalat Tahiyatul Masjid, tambahi shalat-shalat Sunnah selanjutnya (bukan shalat Rawatib karena tidak ada Rawatib Qabliyah—rawatib sebelum shalat wajib—untuk shalat Jumat) semampunya, zikir-zikir, dan/ atau membaca Quran Surah Al-Kahfi—sekadar membacanya dapat mendatangkan keridhaan-Nya, apalagi sungguh-sungguh me-tadaburi-nya, tentu Dia semakin Cinta kepada kita.
Berdiam Diri saat Khatib Berkhutbah
Ketika khatib berkhutbah, tidak elok rasanya kita melakukan perbuatan sia-sia dengan berbicara, memain-mainkan tangan di atas alas karpet masjid, lihat-lihat ke sana-sini mencari pemandangan (bisa jadi lantaran rasa bosan menyimak), dan perbuatan membahayakan lainnya. Berdiam diri bukan berarti melamun atau tidur (apalagi hingga mendengkur). Berdiam diri dalam arti menyimak dalam diam kita atas segala apa yang disampaikan khatib.
Shalat Sunnah Rawatib setelah Shalat Jumat
Shalat sunnah rawatib hanya ada dilaksanakan ba’da (setelah) shalat Jumat (Shalat Sunnah Rawatib Ba’diyah Jumat). Jumlah rakaatnya, yaitu: 2 (dua) rakaat jika dikerjakan di rumah (lebih utama jika memang memungkinkan—jika berdekatan dengan tempat tinggal/ mukim) dan 4 (empat) rakaat jika dikerjakan di masjid.
Para pendahulu kita, jika mencontohkannya dikerjakan di masjid setelah shalat Jumat, shalat sunnah rawatib setelah Jumat dikerjakan setelah melakukan perbuatan ringan. Hal ini dimaksudkan biar terdapat pembeda antara shalat wajib Jumat dan shalat sunnah setelahnya. Perbuatan ringan itu bisa berupa pelbagai rupa macam, dari mengobrol dengan orang di samping setelah berzikir, keluar ke bagian luar masjid sebentar lalu masuk lagi, hingga semisal lainnya, manasuka alias bebas-bebas saja. Yah, hal ini tidaklah mutlak harus begitu, tetapi sumonggo saja jika mau menerapkannya.
Baru kemudian, melaksanakan shalat sunnahnya dengan 2 (dua) rakaat di satu tempat, lalu dilanjutkan 2 (dua) rakaat lagi di tempat berbeda di dalam masjid; tentu jangan lupa mencari sutrah dan tidak memberatkan diri alias semampunya.
Setelah itu, bertebaran lagi, deh, melanjutkan aktivitas yang semestinya dilakukan.
Berdoa setelah ‘Ashar di Hari Jumat
Salah satu bagian waktu yang diijabahi-Nya agar kita berdoa adalah pada waktu setelah ‘Ashar di hari Jumat. Bismillah, dengan niat mencari ridha-Nya, sila pinta yang baik-baik, baik untuk kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat kita, kepada-Nya, langsung, total, tanpa tedeng aling-aling.
Wallahu Ta’ala A’lam bish-shawab.
Mmm… apa lagi, ya..!? Ada koreksi atau tambahan dari pembaca..!?
Selamat ber-khalwat dengan hari-hari Jumat…!