Latif Anshori Kurniawan

Ber-X11 di Ubuntu 23.10 dan Fedora 39

Diterbitkan pada dalam Blog.

Judul tepat untuk pos ini semestinya: bagaimana mengembalikan atau (menggunakan kembali) fondasi desktop X11 di dua distribusi/distro Linux populer, yakni Ubuntu 23.10 (U-23.10) dan Fedora 39 (F-39) yang secara asali (default) telah ber-Wayland. Tentu terlalu panjang bila demikian sehingga kami memadatkan dengan judul sebagaimana disebut di atas. Tidak keliru, sebagaimana telah jamak diwartakan, yaitu Wayland digadang menjadi fondasi dasar peladen/server desktop yang lebih modern dari X11. Dengan tegas, tim pengembang Fedora telah menyatakan bahwa Wayland sebagai desktop-server pakem untuk versi Fedora berikutnya. Masih dalam keluarga besar Red Hat, untuk Linux Red Hat berikutnya pun sudah ancang-ancang untuk memensiunkan X11.

Hal tersebut tentu juga memantik sebagian penggemar komputasi retro seperti sebagian Anda dan kami. X11 masih cukup keren, terlebih untuk sistem Unix yang masih amat proaktif dikembangkan hingga kini (selaik FreeBSD, OpenBSD, dan lainnya). Ya, baru beberapa Linux mayor yang telah mengimplimentasikan Wayland di sistem mereka pada beberapa tahun terakhir.

Lebih dari dua dekade kita berkomputasi di sistem sumber-terbuka dengan X11. Di bawah X11, pengelola jendela (window-manager) dari lingkungan desktop (desktop-environment) yang digunakan bertanggung jawab atas penempatan dekorasi jendela yang disematkan (drawing-window-decoration), di antaranya judul batang/bar dan kerangka/frame. Sementara itu, Wayland lahir untuk memastikan bahwa fungsi display-server dan window-manager dikombinasikan sedemikian rupa dalam keterwakilan pengomposisi Wayland (Wayland-Compositor). Sedikit rumit dijelaskan. Pendek kata, keduanya bertugas untuk menyajikan tampilan grafis desktop di Linux/BSD kita.

Begitu pula dengan U-23.10 dan F-39, dua Linux populer yang dikembangkan oleh tim pengembang dan dibeki dperusahaan yang juga berkecimpung di dunia open-source, yakni Canonical (untuk Ubuntu) dan Red Hat (untuk Fedora). Keduanya ber-Wayland penuh, Ubuntu masih menyertakan pilihan yang lebih ramah antara X11 dan Wayland, sedangkan Fedora telah mendeklarasikan dukungan berlebih untuk Wayland. Bagi pengguna komputer klasik seperti kita, tentu perlu siasat untuk dapat menggunakan X11 alih-alih Wayland. Alhamdulillah, jamak tutorial di dunia maya, dan serius, kita tidak sendiri.

Wayland, pada beberapa kasus, terutama di atas mesin lawas, cenderung kurang terdukung maksimal. Amat dapat dimaklumi, mengingat ia masih tergolong baru. Lain hal dengan X11 yang telah ratusan purnama digunakan, ia terbilang andal dan stabil. Pos ini pun bukan sebagai wujud kontradiksi terhadap Wayland. Pengembangan Wayland tetap diperlukan, ini adalah sebuah keniscayaan yang baik—insyaallah. Ia lebih canggih, lebih modern, cenderung dapat diharapkan untuk display/desktop-server masa depan. Namun, bagi kami, sebab Wayland belum cukup bersahabat dengan perangkat keras lawas, kami masih perlu ber-X11 untuk sementara waktu.

Walaupun rilis U-23.10 dan F-39, yang belum genap satu semester diluncurkan ini, datang dengan versi Wayland terbaru, keduanya masih dapat dikondisikan supaya dapat menerima X11. Berikut sedikit kiat dari kami untuk tetap dapat ber-X11 di atas kedua sistem Linux tersebut pada mesin lawas kami. Sebagaimana jamak kiat di dunia maya, kiat-kiat berikut tentu teramat berkonteks dan bervariatif, bergantung dengan banyak hal. Karena itu, dimohon bijak bila mengaplikasikannya.

  1. Langkah pertama adalah dengan memasang/install Linux Ubuntu 22.04.3 (terakhir, dengan dukungan IoT Intel) terlebih dahulu di mesin MacBook Pro (5,3) 2009. Salah satu benefit dari pascapasang Ubuntu ber-LTS ini adalah ia membuat/meninggalkan jejak partisi EFI secara asali, terlebih bila MBP kita telah terkonfigurasi utilitas OCLP (dari Dortania) sebelumnya. Heran kami, untuk Ubuntu versi terbaru, kurang dapat melakukan ini sehingga kami percayakan pengkreasian partisi EFI ini dari Ubuntu LTS terakhir.
  2. Setelah penginstalan Ubuntu 22.04 tersebut, kami menggantinya dengan U-23.10 terbaru. Alhamdulillah, ia dapat terpasang, tiada galat dari installer berbasis Flutter sebagaimana telah kami sampaikan pada pos sebelumnya. Dipasang tanpa terhubung jaringan internet. Masyaallah, sayangnya, masih tidak tampak, partisi EFI dari Ubuntu 22.04 pun bersembunyi. Hal ini tidak mengapa, sejatinya, U-23.10 sudah terpasang.
  3. Selanjutnya, memasang F-39 dengan desktop KDE (F-KDE-39). Fedora masih menjadi primadona kami untuk pemasangan secara asali versi custom, ia menyediakan partisi EFI (dengan pemasangan utilitas macefi) secara terpisah dan dapat dikenali pula, baik oleh program boot-picker OCLP maupun oleh bawaan MBP ini (melalui tombol [option]). Untuk spin Fedora yang digunakan, barangkali muncul pertanyaan: mengapa KDE? Untuk kami pribadi, hal ini sebab untuk variasi belajar, U-23.10 sudah dengan GNOME Shell 45.1, yang tentu terdapat beberapa peningkatan-pembaruan. Jadi, di Fedora, elok tidak sama-sama GNOME.

    Alasan saja. Faktanya, mesin lawas kami tidak dapat menjalankan Fedora Workstation [ber-GNOME] terkini—hihihi. Adakah yang pernah mengalami hal serupa? Lain hal dengan Debian ber-GNOME, ya?

    Setelah F-KDE-39 terpasang, kita dapat masuk ke U-23.10 terlebih dahulu. Apabila lancar-lancar saja dapat memasuki jendela log masuk, selamat! Namun, pada pengalaman kami, terhenti pada sesi jendela yang menampilkan nama lengkap kita (yang diisikan saat prosesi instalasi) dan ruas untuk pengisian sandi (password). Tidak perlu panik, sila langsung tekan tombol [fn], [control], [option], dan [F3] secara bersamaan, akan diantarkan (insyaallah) pada tampilan log masuk prompt-shell (serupa antarmuka baris perintah terminal DOS)—log masuk dengan akun yang telah dibuat sebelumnya.
  4. Setelah masuk secara normatif, kita perlu menonaktifkan Wayland melalui perintah: sudo nano /etc/gdm3/custom.conf. Kalau untuk Fedora, cukup gdm (bukan gdm3). Hal ini mengingat desktop GNOME yang digunakan tentu menyertakan paket GDM (GNOME Desktop Manager) secara asali (jadi, untuk di KDE, berbeda, yakni SDDM). Berikutnya akan tampil (insyaallah) antarmuka editor Nano yang begitu bersahaja, sila ubah baris Wayland=false dengan menghilangkang tanda pagar (#) supaya terbaca sistem (sebab tidak dianggap sebagai bagian dari komentar/keterangan/informasi). Apabila terbiasa dengan Notepad di Windows, barangkali adaptasi dengan Nano tidak begitu lama. Bagi pengguna Linux/BSD kawakan, barangkali memiliki preferensi berlainan, ada yang lebih condong pada Vim, Emacs, ataupun banyak lainnya—manasuka. Sila simpan berkas tersebut dengan [control]+[O] untuk opsi Write. Kemudian, sila mulai ulang/kembali (reboot/restart) sistem U-23.10 kita.
  5. Masuk ke F-KDE-39. Bisa jadi, sebagian Anda juga berhenti pada sesi jendela masuk. Sila tekan kombinasi tombol log masuk shell Linux kembali (serupa dengan sebelumnya di U-23.10). Lalu, ketik: sudo nano /etc/sddm.conf untuk ubah DisplayServer=x11 (sebelumnya terset Wayland). Ya, sekali lagi, sebab kita di KDE, kita perlu mengatur berkas yang berkait SDDM, salah satunya sddm.conf tersebut. Sila reboot bila sudah disimpan.
  6. Mendekati final, semestinya (insyaallah), mendapati tampilan antarmuka grafis bawaan masing-masing desktop. Sila masuk, tentu elok bersegera memperbarui kedua sistem secara normatif. Ubuntu: sudo apt update, Fedora: sudo dnf update; dan lain sebagainya—sesuai kebutuhan.

Koda: Konfigurasi Normatif di Fedora KDE

Selain setelah itu, terdapat beberapa tambahan pengaturan normatif pada umumnya pengguna masing-masing sistem. Google is Your Friend (GIYF).

  • Aktifkan RPM Fusion melalui beberapa langkah berikut.
    • sudo rpm -Uvh http://download1.rpmfusion.org/free/fedora/rpmfusion-free-release-$(rpm -E %fedora).noarch.rpm
    • sudo rpm -Uvh http://download1.rpmfusion.org/nonfree/fedora/rpmfusion-nonfree-release-$(rpm -E %fedora).noarch.rpm
  • Aktifkan dukungan Flathub: flatpak remote-add –if-not-exists flathub https://dl.flathub.org/repo/flathub.flatpakrepo.
  • Tidak kalah elok memahami petualangan bersama sistem berkas Btrfs melalui manpage-nya: man btrfs.
  • Ingin mendorong Fedora-KDE lebih gegas? Terdapat beberapa langkah.
    • Matikan fitur pencarian pada sistem melalui System Settings, yakni File Search dan Plasma Search. Pada Plasma Search, tuju Configure KRunner, lalu matikan/lepas semua ceklis. Ingat: hal ini akan berpengaruh pada pengalaman pencarian Anda—ini sekadar preferensi kami supaya sistem tidak disibukkan dengan pengindeksan banyak hal ketika dioperasikan/digunakan. Apabila Anda gemar memfaedahi fitur pencarian pada sebuah sistem, barangkali langkah penonaktifan fitur pencarian ini dapat ditanggalkan.
    • Matikan Desktop Effects dan Compositor.
    • Matikan Akonadi melalui langkah berikut.
      • Set pengaturan StartServer=false melalui sudo nano ~/.config/akonadi/akonadiserverrc, kemudian matikan semua instances melalui sudo nano ~/.config/akonadi/agentsrc.
      • Apabila Anda berkenan untuk menghapus semua dukungan Akonadi, dapat kita lakukan melalui perintah berikut.
        • sudo rpm -e –nodeps $(rpm -qa | grep akonadi | grep -v -e akonadi-kde4 -e akonadi-kmime4 -e akonadiprotocolinternals)
        • Atau, rpm -e –nodeps $(rpm -qa | grep -e kdepim -e kpim -e pimcommon) bila menghendaki keseluruhan bagian Akonadi terhapus secara mandiri.
    • Selengkapnya, dapat memfaedahi laman wiki Linux Mageia berikut.

Pos ini, sejatinya, menjadi catatan pribadi kami, sengaja dibagikan supaya dapat dimaslahati sesama pengguna lainnya. Terima kasih telah membaca. Selamat ber-Ubuntu, selamat ber-Fedora, dengan tetap berserver desktop X11! Semoga berfaedah!

Wallahualam bisawab.