Latif Anshori Kurniawan

Memintal Artix: Arch tanpa systemd

Published in Blog.

Kami rasa Anda telah familiar dengan sistem operasi ber-kernel Linux yang tertanam di gawai permainan terbaru Steam (dari perusahaan Valve). Benar, sistem terbuka tersebut didasarkan dari Linux Arch dengan balutan desktop KDE yang dinamis dan menawan. Arch merupakan salah satu distribusi/distro Linux mayor (mendampingi Slackware, Debian, Red Hat/CentOS atau Fedora, openSUSE, dan lain-lain) yang keandalannya telah teruji berdekade-dekade sehingga Valve mempercayakan fondasi SteamOS mereka pada distro yang dikreasi mula dari Kanada ini.

Populer dengan konsep perilisan secara rolling (yang terus-menerus secara berkala), terdapat turunan/derivative dari sistem yang diinisiasi oleh Judd Vinet pada sekitar 2001/2002 tersebut. Beberapa turunannya yang teramat populer, terutama bilamana dikutip dari laman DistroWatch.com, tiga besar di antaranya (tidak berurutan): Manjaro, EndeavourOS, dan distro yang teramat baru CachyOS (nan langsung melejit popularitasnya).

Arch beserta turunannya dikenal sebagai sistem yang bleeding-edge (“darah segar” saking terlalu fresh dan dini banyak hal dirilis). Rilis yang dikonsepsi secara rolling disertai software dan/atau utilitas versi terkini. Cenderung baruan kernel terbaru dalam sistemnya tidak jarang tertawarkan sedemikian rupa. Elok kiranya perlu kita periksa nomor versi kernel-nya melalui perintah uname (seperti jamak dapat dilakukan pada sistem Linux [juga UNIX dan BSD Unix] mana pun—insyaallah).

uname -a

Cenderung disarankan, tidak sekadar untuk Arch, apabila setelah dari pemasangan awal distro Linux, perlu dilakukan update (baruan, pembaruan) sistemnya sedemikian rupa. Update terkini teramat perlu diimplementasikan, hal ini mengingat tidak jarang baruan-baruan yang telah disediakan merupakan tambalan/patch supaya sistem lebih stabil. Baruan yang tersedia tidak menutup kemungkinan dalam hitungan menit, sekalipun Linux tersebut baru saja dirilis. Tidak jarang berkait dengan fitur keamanan yang perlu ditingkatkan. Begitu pula di Artix, salah satu turunan Arch, yang tentu saja juga tidak kalah serupa Arch dan derivatifnya yang lain, cukup memfaedahi utilitas powerful pacman.

sudo pacman -Syu

Beberapa varian sistem berbasis Arch selain Artix sempat kami minati, tidak terkecuali sebagaimana yang telah mejeng pada senarai distro Linux dan BSD web DistroWatch.com (selaik disebut di atas). Plus-minus berdasar pengalaman bersama MacBook Pro 2009 (MBP-2009) kami. Bersama Manjaro, putaran kipas laptop MBP-2009 tersebut terdengar cukup ramai, tidak kalah serupa kala ber-KDE neon. Kami juga pernah berkisah ihwal CachyOS yang enggan sama sekali membut, meskipun ikon instalasi terdeteksi EFI dari OCLP yang sebelumnya telah tertanam cukup lama (seperti hal bersama AlmaLinux dan Rocky bernomor di bawah 8.10 atau bahkan 9).

EndeavourOS rupanya sempat menarik hati. Lincah, resources laptop (terutama CPU dan RAM) tidak dipaksa bekerja. Calamares begitu bersahabat, meskipun dipasang secara luring (offline). Namun, belum lama menyelami, terdapat momen kami memutuskan untuk segera memasang turunan Arch selainnya ketika ia belum terdeteksi oleh Grub dari Mint “Zara” (yang ceritanya bisa jadi dapat berbeda bilamana kami bersabar dengan Grub dari Ubuntu-MATE 25.10 terkini—Wallahu A’lam).

Tanpa distro-hopping atas beberapa turunan Arch berlebih, kami mencoba Artix. Pendek kata, nyaman sekali, bahkan hingga hari ini (alhamdulillah). Artix mengusung konsepsi sistem Linux tanpa systemd. Maaf, kami tidak perlu berdebat atas sistem init pengelola beberapa layanan untuk Linux ini sebab intensi kami tidak berlebih dan tidak besar, ya, alias: “Sekadar ingin belajar.”

Lama mengidamkan Artix, tetapi belum sempat mencoba bercengkerama lebih lama sebab teralihkan pada pesona yang lain. Tanpa berpanjang angan, bismillah, kami langsung menjajal dan menelusuri laman web resmi distro Linux ini. Menarik, laman web Artix menyuguhkan idealismenya secara terbuka. Menu laman unduhannya pun terpampang dengan terang di sana.

Citra ISO Artix pilihan kami (yang diunduh) adalah versi mingguan. ISO ini tersedia pada memu laman “Download”, terutama pada subbagian Weekly ISO images (yang terletak mendekati akhir laman sebelum Testing ISO images). Kami memilih varian Plasma (KDE) dengan init OpenRC. Masyaallah, alhamdulillah, lancar jaya, Dimudahkan-Nya ketika mengunduh dan memasangnya. Tidak kalah serupa ketika menjajal EndeavourOS.

Hanya memang, ketika ber-“Arch” dengan sistem yang diinisiasi oleh Bryan Poerwoatmodjo (domisili di Belanda) dan tim beliau, sedikit berbeda dengan Artix. Beberapa fitur kustomisasi telah ditawarkan EndeavourOS sejak awal, termasuk pemasangan variasi desktop lain (selain KDE) bilamana sesi instalasi dilakukan secara daring (online). Sebagai pengguna, kita teramat termanjakan dengan si Ende. Menurut hemat kami, untuk saat ini, distro Pak Bryan dan tim tersebut dapat kami rekomendasikan bagi Anda yang ingin bersistem Linux turunan Arch yang … “Asyik banget!”

Ya, kami menyederhanakan prasangka bahwa proses pemasangan EndeavourOS dengan Calamares terbilang lebih mudah. Mohon dimaafkan, hal ini tidak perlu dibandingkan dengan Artix ataupun turunan Arch lainnya, fokus penekanan kami pada Calamares di EndeavourOS yang telah dikustomisasi sedemikian rupa sehingga memanjakan pengguna Arch, bahkan yang baru saja bermigrasi dari Windows—menurut kami. Apabila memang perlu dibandingkan, barangkali dengan utilitas installer Anaconda di Linux Fedora. Tidak head-to-head, ya? He-he-he.

Cala di Ende tersebut begitu ringan di MBP-2009 kami. Sekali lagi, kami memang ber-Artix, tetapi rekomendasi kepada Anda guna ber-EndeavourOS bukan hal yang keliru, bukan? Nyaman ber-Artix untuk kami bukan berarti nyaman pula bagi Anda, bukan?

Kembali ber-Artix, setelah memperbarui sistem dengan pacman, di beberapa forum, cenderung dianjurkan untuk membasiskan sistem baru kita dengan fondasi Arch. Terlebih, tidak hanya dikenal dengan konsepsi rolling dan software terbaru, lumbung Arch dikenal sangat lengkap dan terdokumentasikan sedemikian rupa di AUR. Tidak jarang ternobatkan sebagai dokumentasi terlengkap untuk jamak distro Linux (bahkan di luar Arch, malah terdapat kasus pengguna BSD yang terinspirasi mengulik sesuatu berdasar dokumentasi AUR). Karena itu, perlu dipasang base-devel pada Artix baru kita.

sudo pacman -S base-devel

Beberapa hal barangkali membutuhkan utilitas Git. Elok kiranya dipasang kit tersebut untuk mendukung keperluan yang kini sering dilakukan oleh pengguna Linux atau pengembang perangkat lunak. Guna menanamnya, cukup diikuti parameter -S pada perintah pacman.

sudo pacman -S git

Artix, pada dasarnya, dikonfigurasi supaya terdukung optimal langsung dari asal muasalnya, yakni Arch. Tiada salahnya kita pasang dukungan tersebut, yang ternyata sangat disesuaikan dan dioptimalkan untuk Artix. Hmm, kami rasa Artix ini memang cukup mendekati Arch murni (menurut hemat kami).

sudo pacman -S artix-archlinux-support

Tidak afdal memang bilamana belum dikorelasikan langsung dengan kemurnian Arch. Masih mengusung sifat asali distro mayor induknya. Kemurnian tersebut dapat diupayakan dengan utilitas pacman-key yang simpel.

sudo pacman-key --populate archlinux

Selanjutnya, kita perlu mengarahkan sistem baru kita ke lumbung/repositori Arch yang lebih luas. Secara asali atau bawaan, Artix kita terkondisikan lumbung standar. Perlu kiranya tambahan ekstra guna memaksimalkan lumbung Arch yang begitu luas dengan memasukkan baris perintah baru di dalam /etc/pacman.conf.

sudo nano /etc/pacman.conf

Dalam berkas konfigurasi pacman tersebut, guna menuntaskan lumbung ekstra kita, sila masukkan baris perintah berikut. Pemaslahatan penyunting teks Nano berikut bukan anjuran atau rekomendasi. Disilakan saja menggunakan editor Vi/Vim ataupun lainnya. Bahkan, Anda pun dapat menggunkan aplikasi penyunting berbasis grafis semacam Kate (langsung dari terminal Konsole).

[galaxy]
Include = /etc/pacman.d/mirrorlist
[extra]
Include = /etc/pacman.d/mirrorlist-arch

Tidak jarang, kita membutuhkan perangkat lunak yang barangkali masih kurang populer daripada lainnya. Salah satu di antaranya adalah peramban web Chromium. Nah, sayangnya, kalau dari racikan hingga tahap ini, kita masih belum dapat memasangnya dengan mudah. Namun, alhamdulillah, nyaris banyak hal duniawi selalu ada solusi dari-Nya, bukan? Masyaallah. Terima kasih kita kepada segenap tim Artix dan pengembang Arch di seluruh dunia.

[omniverse]
Server = https://artix.sakamoto.pl/omniverse/$arch
Server = https://eu-mirror.artixlinux.org/omniverse/$arch
Server = https://omniverse.artixlinux.org/$arch

Oh iya, tidak jarang beberapa software masih tersedia dalam versi 32bit-nya (yang perlahan/cenderung sudah mulai ditinggalkan). Cukup dengan menghilangkan karakter # (tanda komentar pada baris perintah, tidak kalah serupa konsepsinya dalam beberapa bahasa/skrip pemrograman tertentu) sehingga baris tersebut dapat dieksekusi. Ya, kita nyalakan [lib32] untuk diikutkan ke dalam mirrorlist.

Jangan lupa, ya, setelah pengisian konfigurasi pacman.conf tersebut, sila lakukan pembaruan sistem. Jangan bosan-bosan! Terlebih, kita melakukan beberapa perubahan dalam berkas konfigurasi tersebut, tentu perlu diyakinkan dengan hasil luaran pacman -Syu yang normatif. Selain itu, kita perlu memastikan artix-keyring telah terpasang pula dan init pacman-key telah terkondisikan.

sudo pacman -Sy artix-keyring
sudo pacman-key --init

Apakah sejauh ini masih baik-baik saja? Masyaallah, begitulah keasyikan Arch/Artix. Tidak jarang, sejatinya masih terkategori normatif, beberapa hal terlewat. Tidak sedikit pula problematika yang terjadi cukup diatasi dengan pembersihan beberapa cache di folder /var/cache/pacman/pkg/. Berkali lagi, jangan letih dengan update sistem.

Terdapat salah satu preferensi pribadi kami berkait peramban web. Untuk versi Artix (ber-KDE Plasma) yang kami pasang, terdapat peramban Falkon secara asali. Apabila Anda ingin menghapusnya (seperti yang kami lakukan), cukup eksekusi baris perintah berikut (sekaligus menghapus dependensi perangkat lunak berselancar ini).

sudo pacman -Rns falkon

Setelah terhapus, kita lanjut keberfaedahan penambahan lumbung/repositori (terutama Omniverse dan Lib32) sebelumnya, yakni dengan memasang peramban web favorit. Preferensi kami adalah Chromium, yang kami rasa cukup ringan ketika mencoba sedikit lama bersama Linux Q4OS (turunan Debian yang tergolong ringan), baik versi 5.0 maupun 6.1. Omong-omong, Anda pun berhak memasang peramban lain seperti Firefox ataupun Brave, ya; manasuka, cenderung langkahnya pun tidak kalah serupa (jangan lupa diperiksa dahulu di Google).

sudo pacman -Syu ungoogled-chromium

Alhamdulillah, hingga step ini, mesin lawas kami masih tenang. Supertenang (masyaallah)! Tidak terkecuali ketika ber-Chromium (ketika mengetikkan pos ini dalam sekali duduk; tentu dengan beberapa jeda normatif sebab satu dan lain hal). Entah bagaimana keberlanjutan petualangan berkomputerisasi Linux kami ini, apakah terhenti dan jamak di Artix, ataukah peroleh hal baru lain dari sistem lain-lainnya. Wallahu A’lam.

Sementara waktu, kami mencukupkan diri dengan Artix ini di sini. Alhamdulillah, Allah Masih Mengizinkan kami berkomputerisasi bersama beberapa macOS dan distro Linux di laptop lawas kami. Artix yang terpasang teralokasikan sedemikian rupa pada ruang partisi cakram keras bawaan MBP-2009 yang belum ber-SSD ini.

Artix bersanding bersama Ubuntu, Mint, dan openSUSE, kesemua distro ini pun masih dapat (atas Izin Allah) kami “sampuli” dengan Linux Fedora 39 yang masih meninggalkan ikon kenangan logo distro keluarga Red Hat berwarna biru ini, yang juga mendamping “permentokan” El Capitan dan Monterey. Masyaallah, alhamdulillah.

Ikon Fedora yang sudah sirna mulai versi 40, ya? Namun, dikabarkan muncul lagi (tetapi) pada versi/varian Asahi (khusus untuk berjalan di atas prosesor silikon Apple M1 dan seterusnya).

Well, entah sampai kapan kami dapat berkomputerisasi (Wallahu A’lam). Alhamdulillah, beribu terima kasih kami kepada Allah. Alhamdulillah, Allah Masih Mengizinkan kami bersyukur. Semoga Allah Memaafkan dan Mengampuni kami. Terima kasih telah membaca, salam sehat dan takzim kami.